Posted: Maret 15, 2012 in Education

II.1    Lingkungan Hidup

Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
Secara umum Indonesia berada di daerah tropis yang terletak pada posisi diantara dua benua, Benua Asia dan Benua Australia, serta dua samudera, Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia. Atau disebut juga Indonesia terbentang dari Tropics of Cancer di Belahan Bumi Utara hingga Tropic of Capricorn di Belahan Bumi Selatan. Di dalam wilayah ini tidak ditemui adanya musim dingin. Selain itu di wilayah ini juga ditandai dengan adanya suhu rata-rata diatas muka laut > 18 oC dalam bulan terdingin. Tepatnya secara geografis wilayah Indonesia disebut sebagai maritime continent yang terletak dalam luasan antara 06º 05’ LU – 10º 25’ LS dan 95º 06’ – 143º 41’ BT.
Untuk mempelajari sistem cuaca Indonesia yang unik dan komplek kita perlu memperhitungkan sistem peredaran umum atmosfir Indonesia. Dua komponen peredaran umum yang ikut mempengaruhi sistem cuaca Indonesia yaitu peredaran utara selatan (meridional) yang disebut sebagai peredaran Hadley (sirkulasi Hadley) yang wujudnya dikenal sebagai monsun (angin musim). Monsun Asia Musim Dingin umumnya berkaitan erat dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan monsun Australia Musim Dingin bertalian erat dengan terjadinya musim kemarau di wilayah Indonesia. Dan peredaran barat timur (zonal) yang lazim disebut sebagai peredaran Walker (Sirkulasi Walker). Selain itu fenomena global seperti El-Nino dan La-Nina yang bersumber di lautan Pasifik serta Dipole Mode Event (DME) yang bersumber di lautan Hindia yang akhir akhir-akhir ini makin kerap terjadi ikut mempengaruhi kondisi cuaca/iklim Indonesia.
Proses hidup organisme dimuka Bumi ini dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari faktor biotik (biotic factor) dan faktor abiotik (abiotic factor), faktor abiotik terdiri dari faktor tanah dan faktor cuaca/iklim di atmosfir. Faktor genetis tanaman dan hewan dengan tingkat teknologi yang ada telah dapat direkayasa manusia, demikian juga faktor tanah, tanah-tanah tidak produktif telah dapat dimanfaatkan manusia dengan berbagai masukan teknologi. Namun faktor cuaca/iklim hingga dewasa ini belum mampu direkayasa manusia kecuali dalam skala mikro seperti pembuatan rumah kaca. Setiap organisme kehidupannya telah tertentu keadaan cuaca/iklim yang sesuai, dengan demikian jika terjadi perubahan pada unsur cuaca/iklim tersebut jelas akan berdampak negative terhadap organisme tersebut.
Sejak tahun 1950-an masalah lingkungan telah mendapat perhatian masyarakat, yang dipicu oleh terjadinya pencemaran limbah industri dan pertambangan serta pestisida oleh air raksa (Hg) dan cadmium (Cd) dari limbah industri di Jepang. Pencemaran tersebut telah menyebabkan penyakit minamata akibat mengkonsumsi ikan yang ditangkap diteluk Minamata yang tercemar Hg, dan penyakit ital-ital akibat mengkonsumsi beras dari lahan sawah di Jepang yang tercemar Cd.
Tahun 1969 masyarakat Amerika telah bereaksi menentang terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan aktivitas manusia. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrim sampai menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Para aktivis lingkungan menjadi lawan bagi perencana pembangunan pada masa itu. Akhirnya di Amerika muncul AMDAL sebagai syarat mutlak izin mendirikan pembangunan dengan penggunaan teknologi canggih, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai penentang atau penghambat pembangunan. Ironisnya karena persyaratan AMDAL cukup berat akhirnya negara maju berupaya memindahkan penanaman modalnya dalam Industri teknologi tinggi ke negara yang sedang berkembang. Negara berkembang memang membutuhkan pembangtunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan belum banyak menyadari kerusakan lingkungan sebagai dampak dari pembangunan tersebut (terutama kerusakan lingkungan Amosfir dan Tanah serta Air).
Energi radiasi matahari yang sampai kebumi sebagian besar berupa radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini sampai kepermukaan bumi, energi ini berubah dari cahaya menjadi panas dan menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan memantulkan kembali sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa, sebagiannya tetap terperangkap di atmosfir bumi. Gas-gas tertentu di atmosfir termasuk uap air, CO2, CH4 menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Gas-gas tersebut berfungsi sebagai kaca dalam rumah kaca, mampu ditembus radiasi gelombang pendek tetapi tidak mampu ditembus radiasi gelombang panjang, sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfir, semakin banyak panas yang terperangkap dibawahnya.
Semua kehidupan di bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya planet ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi bila gas-gas ini semakin banyak di atmosfir, akibatnya adalah pemanasan bumi yang terus berlanjut. Dari berbagai laporan menyebutkan yang tergolong gas-gas rumah kaca selain Uap air, CO2 dan CH4 termasuk juga N2O, CFC, CO, NOx, juga gas-gas organik non metan yang volatil (mudah menguap), yang umumnya bersumber dari penggunaan bahan bakar fosil.

II.2    Perubahan Wajah Bumi

Manusia tidak memperlakukan bumi secara halus. Kenyataannya, akibat aktifitas manusia secara demikian hebatnya sehingga hanya dalam beberapa abad permukaan bumi telah berubah di banyak tempat, sehingga bentuk aslinya sangat sukar dibayangkan, apalagi untuk diperbaiki. Perubahan-perubahan ini akibat dari bertambahnya jumlah manusia, peningkatan kesejahteraan dan teknologi.
Hal ini di dilihat dari banyaknya hutan yang rusak akibat penebangan dan juga adanya kebakaran hutan yang akhir-akhir ini sudah tidak terkendali. Dapat dibenarkan bahwa negara-negara berkembang dan negara-negara industri adalah sumber utama dari bahan pencemaran atmosfir serta perubahan cuaca dan iklim. Negara-negara berkembang umumnya berpenduduk padat, sedang melaksanakan pembangunan yang selanjutnya menggunakan energi yang semakin meningkat. Suatu hal yang pasti dinegara-negara tersebut adalah pembukaan hutan, penambah luas pertanian, pemukiman, jalan, kawasan industri dan lain sebagainya.
Yang lebih penting lagi adalah letak negara negara berkembang tersebut di wilayah tropis yang rnempunyai jenis hutan tertentu yang sangat penting dalam penataan keseimbangan lingkungan global. Menurut beberapa ahli, bahwa ada dua jenis perubahan yang paling mempengaruhi lingkungan global, perubahan cara manusia memanfaatkan tanah, terutama untuk pertanian dan perubahan kemampuan industri. Hal ini terlihat dari perubahan vegetasi yang menutupi muka bumi.
Selama tiga abad yang lalu, dengan meningkatnya penggunaan tanah untuk pertanian serta dengan meningkatnya ekonomi global, manusia cenderung untuk meningkatkan kegunaan tanah untuk memenuhi kebutuhannya. Kerugian pembabatan hutan karena ulah manusia sejak penebangan pohon oleh manusia 15 sampai 20 persen dari keseluruhan daerah hutan di dunia atau sekitar 8 juta km persegi.
Beberapa perubahan secara drastis telah mengubah permukaan bumi, seperti juga mengubah keseimbangan energi, perputar an hidrolis, pembentukan gas-gas ke atmosfir serta vegetasi. Perkembangan industri juga memiliki akibat yang besar pada skala global, melalui polutan-polutan dan material-material lainnya yang dilepaskan ke biosfer, atmosfir dan samudera. Perkembangan industri selain telah mempengaruhi kesejahteraan manusia secara luas, tetapi juga telah menimbulkan efek sampingan yang tidak diharapkan.
Klorofluorokarbon (CFC) telah ditemukan sekitar 1930 dan disambut sebagai altematif yang lebih aman dari amoniak atau zat-zat pendingin lainnya. Tidak seorang pun yang dapat memperkirakan reaksi tidak langsung dari bahan-bahan yang kelihatan aman, stabil dan jauh lebih murah ini terhadap lingkungan global, jika CFC naik ke atmosfir yang lebih tinggi atau stratosfir, mereka melepaskan klor bebas yang kemudian mempercepat penguraian ozon, lapisan yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet.
Energi sangatlah penting bagi perkembangan industri. Gas alam, yang sekarang ini menghasilkan sekitar seperlima energi komersial dunia, menimbulkan lebih sedikit polutan dan lebih sedikit karbon dioksida dari pada bahan bakar minyak bumi lainnya. Sekarang, bahan bakar minyak bumi ( bensin, gas alam dan batubara ) mensuplai 88% dari energi komersial dunia, sedang energi nuklir menyediakan sisanya. Dibanyak negara miskin, bahan bakar non komersial seperti kayu, kotoran hewan dan sisa-sisa panen masih menghasilkan banyak energi untuk memasak dan pemanas. Jelasnya, masa depan lingkungan global bergantung dari besarnya tingkat sumber- sumber energi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang serta besarnya energi yang digunakan. Berikut adalah salah satu gambaran permukaan bumi yang telah kita rampas.

ni akibat tangan-tangan yang suka ngerusakkerusakan bumi dilihat dari atas

II.3    Kerusakan Alam Akibat Ulah Manusia

Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Diskusi mengenai faktor manusia sebagai penyebab perubahan lingkungan global tidak akan lengkap tanpa menyinggung jumlah manusia yang bermukim dibumi. Antara tahun 1950 dan 1987, populasi global telah menjadi dua kali lipat jumlahnya , dari 2,5 millar menjadi 5 milliar. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa pada tahun 2025 jumlah manusia akan mencapai 8,5 milliar. 95% dari pertumbuhan populasi akan lahir di negara-negara berkembang. Tetapi pertambahan manusia yang memanfaatkan Iingkungan tidak semata-mata bergantung pada jumlahnya. Mereka juga menggambarkan bagaimana bentuk kehidupan manusia dan masyarakat yang menggunakan sumber-sumber alam. Masyarakat menggunakan udara, air dan tanah sebagai penyimpanan limbah produksi dari industri yang menghasilkan barang -barang yang dikonsumsi mereka. Mereka menggunakan bahan bakar untuk mobil, pemanas rumah dan sumber tenaga bagi industri. Mereka merubah bahan-bahan baku seperti kayu dan metal menjadi benda-benda konsumsi. Jika sumber-sumber alam ini digunakan dengan cara-cara yang menghasilkan polutan yang berlebih-lebihan, pembabatan atau pembakaran hutan, makin banyak masyarakat menggunakannya untuk memuaskan standar hidup mereka, semakin besar pula kerusakan yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Karbondioksida adalah gas rumah kaca utama sebagai akibat pembakaran minyak bumi yang digunakan untuk energi yang dihasilkan secara tidak proporsional sebagai hasil dari penggunaan energi dinegara- negara industri. Sekitar 40% dari karbondioksida yang terbentuk di atmosfir dihasilkan oleh tujuh negara kaya di Amerika Utara dan Eropa Barat. Ketujuh negara kaya ini hanya memiliki 11% dari keseluruhan populasi dunia.
Jumlah manusia dan tingkat kekayaannya secara jelas telah mempengaruh keadaan lingkungan, jenis teknologi yang digunakan menentukan banyaknya polusi yang dihasilkan atau jenis dan berapa banyak bahan baku yang digunakan. Kelanjutan perkembangan industri secara serius telah berdampak bagi lingkungan global di masa depan, terutama jika negara- negara yang sedang berkembang mengadopsi teknologi terdahulu yang menghasilkan lebih banyak polusi dan mengkonsumsi lebih banyak energi dari pada lebih banyak teknologi modern. Jelasnya pertumbuhan ekonomi dibutuhkan untuk menghilangkan lingkaran kemiskinan dan tingginya angka kelahiran yang dengan sendirinya menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius terhadap tanah, air, hutan-hutan dan kehidupan satwa di banyak negara yang sedang berkembang.
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a.     Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b.     Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c.     Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a.     Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b.     Perburuan liar.
c.     Merusak hutan bakau.
d.     Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e.     Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f.     Bangunan  liar di daerah aliran sungai (DAS).
g.     Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.

II.4    Dampak Terhadap Iklim dan Atmosfer

Perubahan iklim, global warming, memang jadi materi yang tak ada habisnya untuk dibahas. Lihat saja bagaimana tak menentunya iklim saat ini. Apakah ini pengaruh alam yang sedang bergolak atau adakah pengaruh manusia di dalamnya?
Laju degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan berlangsung sangat cepat dan telah mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya, buruknya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan eksploitasi komersil secara besar-besaran menjadi penyebab kerusakan sumber-sumber kehidupan yang ada di bumi. Sampai Juli 2008 tidak sedikit informasi kemarahan alam karena kerusakannya, banjir dan tanah longsor di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Utara, angin puting beliung, kekeringan yang melanda Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, NTB, dan lain-lain yang secara nyata telah merugikan harta benda dan nyawa masyarakat dan negara yang tidak ternilai harganya. Banyak pihak yang menyadari hal tersebut tapi sangat sedikit yang peduli dan berani mengatakan “hentikan perusakan lingkungan”. Kegiatan eksploitasi lingkungan yang hanya memberikan sedikit manfaat dari segelintir orang harus dibayar mahal oleh negara ini, dan sudah saatnya kebodohan ini dilarang dan dihentikan dengan segera. Tidak ada yang membantah, banjir dan longsor disebabkan karena curah hujan tinggi. Hujan akan turun ketika angin membawa uap air yang disebut awan. Jika terjadi hujan abnormal dan daya dukung lingkungan rendah, maka hujan dapat menyebabkan bencana. Jika terjadi kerusakan satu komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen lingkungan yang lain. Kerusakan hutan akan berdampak pada menurunnya tingkat kesuburan tanah, erosi, longsor, suhu udara semakin tinggi, tiupan angin semakin kencang, penguapan dari tanah dan air meningkat, perubahan suhu, dan peningkatan curah hujan. Perubahan iklim yang abnormal seperti saat ini, yang tidak jelas batas musim hujan dan musim kemarau merupakan bukti nyata kegagalan pengelolaan lingkungan di Bumi ini.
Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan aktivitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas CO2 dan gas-gas lainnya seperti CO, N2O, NOx, SO2, kegiatan manusia lainnya juga menghasilkan CFC dari AC dan gas Aerosol (seperti untuk kecantikan dan minyak wangi), serta aktivitas pengolahan gambut juga menghasilkan CH4, yang semuanya dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfir. Ketika atmosfir semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak energi panas yang dipantulkan bumi.
Dalam laporan yang dikeluarkan tahun 2001, Intergovermenal Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 oC sejak tahun 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfir. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4-5,8 oC pada tahun 2100. Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian utara dari belahan bumi utara (BBU) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis , bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mancair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan secara gradual suhu permukaan global akibat efek emisi gas rumah kaca (terutama CO2) dari aktivitas manusia (antropogenik). Akibat pemanasan global terjadinya perubahan iklim (climate change).
Perubahan iklim dapat mencairkan es di kutub, terjadi perubahan arah dan kecepatan angin, meningkatkan badai atmosfir, seperti angin puting beliung, gelombang pasang, meningkatkan intensitas petir, perubahan pola tekanan udara, perubahan pola curah hujan (banjir dan longsor serta kekeringan), dan siklus hidrologi, serta perubahan ekosistem, hingga bertambahnya jenis organisme penyebab penyakit. Dampak dari banjir dan longsor terjadi erosi yang merusak lahan-lahan subur, terjadinya sedimentasi di sungai, danau dan laut, pendangkalan sungai yang makin mempermudah banjir. Kenaikan permukaan air laut baik oleh sedimentasi maupun oleh mencainya es di kutub, akan terjadi intrusi air laut. Intrusi berakibat air tanah menjadi asin yang dapat merusak tanah dan tanaman. Yang lebih mengerikan lagi laut akan merendam lahan pertanian di dataran rendah serta pemukiman penduduk.. Penyebab pemanasan global dan perubahan iklim adalah meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfir oleh penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batubara. Serta diperparah oleh perubahan lingkungan, rusaknya hutan, tidak adanya kawasan penyangga baik dipantai maupun di daratan.
Pemanasan global dan perubahan iklim sangat sulit untuk dihambat namun dampaknya dapat diperlambat terhadap lingkungan bumi. Mitigasinya (pencegahan) kurangi penggunaan bahan bakar fosil. Hentikan penebangan hutan, hutankan kembali kawasan yang telah rusak dan daerah pantai. Lakukan adaptasi disemua sektor terhadap lingkungan iklim yang telah berubah. CFC yang dihasilkan dari aktivitas manusia, seperti pengguanaan AC, aerosol, bom, dalam peperangan, pesawat jet supersonik, uji coba senjata nuklir, dapat merusak Ozon di atmosfir, rusaknya ozon dapat merubah kualitas dan kuantitas solar radiasi. Selain itu rusaknya ozon akan bertambahnya sinar ultra violet yang sampai kebumi yang akan meningkatkan suhu bumi, dapat meningkatkan penyakit katarak pada mata, kangker kulit. Berubahnya kualitas dan kuantitas solar radiasi dapat menyebabkan iklim menjadi tidak normal, tejadinya degradasi energi matahari yang pada akhirnya dapat merubah ekosistem, spesies tanaman dan hewan, yang akhirnya akan merubah produksi pertanian yang akan berdampak destabilisasi produk hasil pertanian. Asam belerang (SO2) dapat menyebabkan hujan asam, yang dapat meningkatkan kemasaman tanah yang akhirnya tejadi degradasi tanah dan degradasi air. Yang pada akhirnya akan merubah ekosistem. Selain itu hujan asam dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti penyakit batuk, tulang dan buah pinggang. Air laut dan sungai yang menjadi asam dapat membunuh akuatik air seperti ikan, Vegetasi tertentu akan mati, mempercepat usia bangunan dan cat serta merusakkan semua bahan yang terbuat dari besi. Dari hasil pengamatan di Medan, ternyata air hujan di Medan telah asam, Karbon Dioksida (CO2) dapat menyebabkan pemanasan global, akan meningkatkan suhu udara dan meningkatkan suhu tanah sehingga iklim tidak normal dan terjadinya degradasi tanah yang akan merubah ekosistem. CFC, SO2 dan CO2 diatmosfir akan menyebabkan efek rumah kaca (green hause effect =GHE) yang menyebabkan pemanasan global dan penyimpangan iklim.

lelehan es kutub

Hasil penelitian terbaru dari NASA menunjukan perbuatan manusia dalam kaitan dengan perubahan iklim telah memberi dampak yang sangat luas terhadap sistem alam, termasuk pencairan lapisan es, mekarnya tanaman lebih cepat di Eropa, dan turunnya produktivitas danau di Afrika. Penelitian yang dilakukan oleh Cynthia Rosenzweig dari NASA’s Goddard Institute for Space Science di New York beserta para peneliti dari 10 institusi yang berbeda ini mencoba membuat hubungan dampak secara fisik maupun biologi yang terjadi sejak tahun 1970 bersamaan dengan meningkatnya temperatur sepanjang periode tersebut. Hasilnya, pemanasan yang terjadi secara luas memang berasal dari dampak ulah manusia di seluruh Bumi.
Penelitian ini merupakan yang pertama kali untuk mempelajari hubungan antara set data temperatur global yang ada, hasil model iklim, dan melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi dalam skala luas terhadap sistem fisis dan biologi untuk menunjukan keterkaitannya antara aktivitas manusia, iklim dan dampaknya.
Hasil pengamatan menunjukan, ada hubungan antara perbuatan manusia dengan perubahan iklim dan pengamatan terhadap dambak di Bumi juga menunjukan kebenaran yang sama dalam skalan kontinental, umumnya di Amerika Utara, Eropa dan Asia.Untuk sampai pada kesimpulan hubungan tersebut, dilakukan analisa database lebih dari 29 000 seri data yang didapat dari hasil pengamatan terhadap dampak yang terjadi di sistem alam di Bumi. Data tersebut dikumpulkan dari 80 studi dalam rentang 20 tahun dari 1970 -2004. Dampak yang diamati dalam penelitian ini adalah perubahan dalam sistem fisis sperti glacier yang makin menipis, pencairan dataran es, dan makin hangatnya danau dan sungai. Akibat lainnya juga terjadi pada sistem biologi, seperti daun yang kembali muncul dan bunga yang bermekaran lebih cepat, burung-burung tiba lebih cepat dalam periode migrasi, serta tumbuhan dan hewan yang berpindah dari kutub ke kutub dalam jumlah yang lebih besar. Dalam lingkungan yang kaya air seperti lautan, danau dan sungai, plankton dan ikan juga mulai bergeser dari kondisi adaptasi dingin kini harus bisa beradaptasi dengan air yang lebih hangat.
Karena iklim merupakan rata-rata dari cuaca maka unsur-unsur iklim sama dengan unsur-nsur cuaca. Unsur-unsur cuaca/iklim tersebut satu sama lain saling mempengaruhi dan saling mengendalikan. Sebagai unsur pengendali cuaca/iklim antara lain:
1.    Radiasi matahari
2. Suhu udara
3. Kelembaban udara (Relative Humidity= RH)
4. Tekanan udara
5. Angin
6. Ketinggian tempat (elevasi)
7. Penyebaran daratan dan lautan
8. Gangguan-gangguan atmosfir
9. Fenomena-fenomena iklim global, dsb.

grafik panas bumi

Disiang bolongpun sering muncul yang mematahkan pepatah kuno “ibarat petir disiang bolong”. Dampak yang pasti telah banyak dirasakan masyarakat angin puting beliung memporak porandakan rumah masyarakat. Akibat pemanasan global lapisan troposfir semakin tebal yang kemampuannya menampung uap air semakin tinggi, dengan dibarengi oleh suhu yang semakin tinggi penguapan akan semakin meningkat. Makin tinggi penguapan walaupun curah hujan normal air tanah lebih banyak menguap dan air tanah tidak cukup lagi untuk tanaman. Yang paling merisaukan adalah distribusi curah hujan makin tidak menentu, ada daerah menjadi lebih kering, dan ada daerah menjadi lebih basah sehingga berpeluang muncul bencana banjir. Dampak lain adalah air tanah makin berkurang, sedangkan pengambilan oleh manusia makin meningkat sehingga permukaan air tanah menurun yang dapat mencapai lebih rendah dari permukaan air laut, yang akan terjadi adalah intrusi air laut, sehingga air tanah menjadi asin lahan menjadi rusak, tidak sesuai lagi untuk berbagai jenis tanaman yang akan menurunkan produksi, serta membunuh berbagai satwa mikro tanah yang tidak toleran dengan kondisi asin.

II.5    Keterkaitan Agama dan Alam

Secara umum, agama-agama samawi memiliki pandangan yang sama mengenai perlindungan terhadap alam semesta. Agama-agama samawi menyatakan bahwa bumi dan segala segala sesuatu yang tersimpan di dalamnya diciptakan Tuhan untuk manusia. Allah SWT berfirman, (Al-Baqarah: 29): “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis lingkungan. Hal ini sesuai dengan aturan Islam, sebagaimana tercantum dalam QS. Al Hijr: 19, “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
Tuhan menyebut alam lingkungan sebagai nikmat besar yang diberikan-Nya untuk manusia agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya secara benar., Allah berfirman (dalam QS. Jaatsiyah: 13), “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, semuanya berasal dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memanfaatkan alam semesta bagi kehidupannya, baik di bumi, maupun di langit.
Selain berhak memanfaatkan alam semesta, manusia juga diberi tanggung jawab untuk menjaga agar alam semesta tidak mengalami kerusakan. Allah SWT berfirman (QS.. Ar-Ruum: 41),,“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki supaya mereka merasakan sebagian dari perilaku mereka itu supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan alam lingkungan pada akhirnya akan memberikan dampak negatif kepada diri manusia. Misalnya, perilaku manusia yang merusak hutan, membuang sampah sembarangan berakibat pada bencana banjir yang merenggut nyawa dan melenyapkan harta benda manusia. Ketika bencana alam datang, manusia seharusnya menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena.
Agama Islam memandang pemanfaatan alam semesta tanpa metode dan membabi-buta merupakan sebuah bentuk kedzaliman dan akan merugikan manusia sendiri. Berlebih-lebihan dalam memanfaatkan alam dipandang sebagai perilaku mubadzir dan dicela oleh Islam. Dalam QS. Al-A’raf: 31, Allah SWT berfirman,“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap masjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Bagi para pemimpin agama,  kesadaran terhadap lingkungan bukan merupakan suatu yang baru. Inisiatif pertama kali menggalang kesadaran pemimpin agama tersebut diadakan di Assisi, Italia. Pertemuan yang diadakan oleh World Wildlife Fund (WWF) tahun 1986 ini bergiat mengumpulkan seluruh pemuka agama guna menghadapi krisis lingkungan dan konservasi alam yang terjadi di bumi, dan menghasilkan: “Deklarasi Assisi” dimana masing masing agama memberikan pernyataan tentang peran mereka dalam melestarikan alam, yaitu:
Kerusakan lingkungan hidup merupakan akibat dari ketidak taatan, keserakahan dan ketidak perduliaan (manusia) terhadap karunia besar kehidupan (Budha), Kita harus, mendeklarasikan sikap kita untuk menghentikan kerusakan, menghidupkan kembali menghormati tradisi lama kita (Hindu), Kami melawan segala terhadap segala bentuk eksploitasi yang menyebabkan kerusakan alam yang kemudian mengancam kerusakannya (Kristen), dan Manusia adalah pengemban amanah,”berkewajiban untuk memelihara keutuhan CiptaanNya, integritas bumi, serta flora dan faunanya, baik hidupan liar maupun keadaan alam asli.

II.6    Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup

Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarangmaupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a.     Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
b.     Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c.     Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a.     Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.
b.     Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c.     Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d.     Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e.     Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
Dalam upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan, seperti telah diberlakukan UU RI No 23 thn 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No 27 tahun 1997 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Keputusan Menteri Negara LH No 30 tahun 1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara praktis langkah-langkah untuk mengatasi dampak pembangunan terhadap kondisi iklim dan atmosfir dapat diusulkan sebagai berikut;
1.    Secara berahap mengganti CFC dengan bahan lain seperti Helium untuk keperluan AC, lemari es dan penyemprot aerosol.
2.    Menyaring asap dari industri dengan alat tertentu untuk mengelakkan Efek Rumah Kaca yan menyebabkan kenaikan suhu dan hujan asam.
3.    Penggunaan bahan bakar untuk kendaraan yang tidak mengandung timah hitam (Pb).
4.    Gunakan kendaraan elektronik
5.    Cegah pembalakan hutan, lakukan reboisasi
6.    Gunakan unsur iklim terutama arah dan kecepatan angin dalam merancang lokasi pabrik, agar emisi gas buangan tidak mencemari perkotaan dan pemukiman.
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:
a.     Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b.     Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan antara lain:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.

Metaphorycal Meaning

Posted: Maret 15, 2012 in Education

Metaphorycal Meaning adalah peralihan arti dari bahasa Inggris yang mempunyai makna yang lain / ganda.

Pada kasus ini admin akan memberikan beberapa contoh yang sekiranya akan mempermudah dalam memahami makna dari Metaphorycal Meaning, dengan perbandingan dari arti yang ada pada kamus dengan arti lain pada pemrograman komputer.

metaphorycal meaning table

semoga bermanfaat gan !!

 

STACK Dalam Struktur Data

Posted: Februari 15, 2012 in Education

STACK
a)    Definisi
Stack adalah suatu tumpukan dari benda. Konsep utamanya adalah LIFO (Last In First Out), benda yang terakhir masuk dalam stack akan menjadi benda pertama yang dikeluarkan dari stack.

FIFO

Pada gambar di atas,  jika kita ingin mengambil sesuatu dari tumpukan maka kita harus mengambil benda paling atas dahulu, yakni compo. Misalnya jika VCD langsung diambil, compo akan jatuh. Prinsip stack ini bisa diterapkan dalam pemrograman. Di C++, ada dua cara penerapan prinsip stack, yakni dengan array dan lingked list. Setidaknya stack haruslah memiliki operasi-operasi sebagai berikut.
Push : Untuk menambahkan  item pada tumpukan paling atas.
Pop : Untuk mengambil item teratas.
Clear : Untuk mengosongkan stack.
Is Empty : Untuk memeriksa apakah stack kosong.
Is Full : Untuk memeriksa apakah stack sudah penuh.
Retreive  : Untuk mendapatkan nilai dari item teratas.

    Stack Dengan Array
Sesuai dengan sifat stack, pengambilan / penghapusan di elemen dalam stack harus dimulai dari elemen teratas.
Operasi – operasi pada Stack dengan Array :
Is Full
Fungsi ini memeriksa apakah stack yang ada sudah penuh. Stack penuh jika puncak Stack terdapat tepat di bawah jumlah maksimum yang dapat ditampung stack atau dengan kata lain Top = MAX_STACK -1.
Push
Fungsi ini menambahkan sebuah elemen ke dalam stack dan tidak bisa dilakukan lagi jika stack sudah penuh.
Is Empety
Fungsi menentukan apakah stack kosong atau tidak. Tanda bahwa stack kosong adalah Top bernilai kurang dari nol.
Pop
Fungsi ini mengambil elemen teratas dari stack dengan syarat stack tidak boleh kosong.
Clear
Fungsi ini mengosongkan stack dengan cara menge-set Top dengan -1. Jika Top bernilai kurang dari nol maka stack dianggap kosong.
Retrieve
Fungsi ini untuk melihat nilai yang berada pada posisi tumpukan teratas.

    Double Stack dengan Array
Metode ini adalah teknik khusus yang dikembangkan untuk menghemat pemakaian memori dalam pembuatan dua stack dengan array. Intinya adalah penggunaan hanya sebuah array untuk menampung dua stack. Tampak jelas bahwa sebuah array dapat dibagi untuk dua stack, stack 1 bergerak ke atas dan stack 2 bergerak ke bawah. Jika Top 1 (elemen teratas dari Stack 1) bertemu dengan Top 2 (elemen teratas dari Stack 2)  maka double stack telah penuh. Implementasi double stack dengan array adalah dengan memanfaatkan operasi-operasi yang tidak berbeda jauh dengan operasi single stack dengan array.
Operasi – operasi Double Stack Array
Is Full
Fungsi ini memeriksa apakah double stack sudah penuh. Stack dianggap penuh jikaTop [0] dan Top [1] bersentuhan sehingga stack tida memiliki ruang kosong. Dengan kata lain, (Top[0] + 1) > Top[1].

Push
Fungsi ini memasukkan sebuah elemen ke salah satu stack.
Is Empety
Fungsi memeriksa apakah stack pertama atau stack kedua kosong. Stack pertama dianggap kosong  jika puncak stack bernilai kurang dari nol, sedangkan stack kedua dianggap kosong  jika puncak stack sama atau melebihi MAX_STACK.
Pop
Fungsi ini mengeluarkan elemen teratas dari salah satu stack.
Clear
Fungsi ini mengosongkan salah satu stack.

    Stack dengan Single Linked List
Selain implementasi stack dengan array seperti telah dijelasnkan sebelumnya, ada cara lain untuk mengimplementasi stack dalam C++, yakni dengan single linked list. Keunggulannya dibandingkan array tentu saja adalah penggunaan alokasi memori yang dinamis sehingga menghindari pemborosan memori. Misalnya saja pada stack dengan array disediakan tempat untuk stack berisi 150 elemen, sementara ketika dipakai oleh user stack hanya diisi 50 elemen, maka telah terjadi pemborosan memori untuk sisa 100 elemen, yang tak terpakai. Dengan penggunaan linked list maka tempat yang disediakan akan sesuai dengan banyaknya elemen yang mengisi stack. Oleh karena itupula dalam stack dengan linked list tidak ada istilah full , sebab biasanya program tidak menentukan jumlah elemen stack yang  mungkin ada (kecuali jika sudah dibatasi oleh pembuatnya). Namun demikian sebenarnya stack ini pun memiliki batas kapasitas, yakni dibatasi oleh jumlah memori yang tersedia.
Operasi – operasi untuk Stack dengan Linked List
Is Empety
Fungsi memeriksa apakah stack yang ada masih kosong.
Push
Fungsi memasukkan elemen baru ke dalam stack. Push di sini mirip dengan insert dalam single linked list biasa.
Pop
Fungsi ini mengeluarkan elemen teratas dari stack.
Clear
Fungsi ini akan menghapus stack yang ada.

b)    Implementasi dalam Kehidupan Sehari-hari
Dapat di ilustrasikan seperti sebuah tumpukan buku, ketika mengambil sebuah buku di dalam tumpukan itu maka harus diambil satu persatu dari buku yang paling atas dari tumpukan buku tersebut. Beberapa contoh ilustrasi yang dapat menggambarkan tumpukan dan cara beroperasinya adalah tumpukan sate, tumpukan Compact Disk (CD), dan lain-lain. Sate misalnya, si pembuat sate menusukan (memasukan) daging sate ke tusukan satu per satu dari ujung tusukan (ujung yang runcing) menuju/mendekati batas pangkal, jika telah dimasak, maka si pemakan sate akan mengeluarkan (memakan) sate satu persatu dari ujung (yang akhir-akhir dimasukan si pembuat, itulah yang awal-awal dimakan). Demikian juga dengan tumpukan CD, orang akan mengambil CD dari tumpukan teratas yang mana merupakan yang terakhir dimasukan di dalam tumpukan.
Fungsi dalam Stack :
* Fungsi init : fungsi yang digunakan untuk inisialisasi atau membuat stack baru yang masih kosong.
* Fungsi full : digunakan untuk mengetahui stack penuh atau tidak.
* Fungsi empty : digunakan untuk mengetahui stack kosong atau tidak.
* Fungsi clear : digunakan untuk mengosongkan stack. Stack dianggap kosong apabila puncak stack berada pada posisi -1.
* Fungsi push : digunakan untuk menambahkan data ke dalam stack. Penambahan data tidak bisa dilakukan apabila stack sudah penuh. Urutan perintahnya adalah: menambahkan nilai top dan menambahkan data pada posisi nilai top. Jika dalam Linked List menggunakan method addLast.
* Fungsi pop :  digunakan untuk mengeluarkan data teratas stack dengan syarat bahwa stack tidak kosong.
Urutan perintahnya adalah : menghapus data pada posisi nilai top dan menurunkan nilai top. Jika dalam Linked List menggunakan method removeLast.

c)    Alogaritma
1) Algoritma Create(S)
Algoritma ini memuat suatu prosedur untuk membuat stack, yang memberikan kondisi noel dari stack akan bernilai nol dan top dari stack tersebut belum dapat didefinisikan, sehingga implementasi dari algoritma create stack adalah :
Procedure Create(var S : Stack);
Begin
S.Noel := 0;
End;
2) Algoritma IsEmpty(S)
Algoritma untuk operasi Isempty memberikan informasi Boolean yaitu kondisi benar (true) atau salah (False), sehingga pada implementasinya algoritma ini menggunakan fungsi yang dibuat sendiri, yang terimplementasi sebagai berikut :
Function IsEmpty(Var S : Stack) : Boolean;
Begin
IsEmpty := S.Noel = 0
End;
3) Algoritma Push(S, E)
Dalam merancang algoritma untuk operasi push dimulai dengan melakukan pengecekan atas isi dari stack tersebut dalam keadaan penuh atau tidak. Kondisi stack dalam keadaan maksimum akan mengakibatkan overflow pada stack tersebut sehingga prosedur error trapping perlu didefinisikan untuk mencegah terjadinya overflow condition tersebut. Adapun implementasi dari algoritma push tersebut adalah :
Procedure Push(Var S : Stack; TipeBAru : Eon);
Begin
If S.Noel = NoelStack Then
Stackerror(1)
Else
Begin
S.Noel := S.Noel + 1;
S.Top[S.Noel] := TipeBaru
End
End;
4) Algoritma Pop(S)
Operasi terakhir dari stack adalah operasi pop yang berfungsi untuk mengeluarkan isi dari dalam stack. Seperti halnya operasi push, pada operasi pop penggunaan error trapping dipakai untuk mencek kondisi underflow yaitu kondisi stack kosong yang dikenakan operasi pop. Algoritma dari pop ini adalah :
Procedure Pop(Var S : Stack; Var NilaiStack : Eon);
Begin
If S.Noel = 0 Then
StackError(2)
Else
Begin
NilaiStack := S.Top[s.Noel];
S.Noel := S.Noel -1
End
End;
Penggunaan error trapping untuk operasi push dan pop didefinisikan lebih lanjut dalam algoritma stackerror yang digunakan untuk menentukan kondisi overflow atau underflow suatu stack. Adapun algoritma dari error trapping ini adalah ;
Procedure StackError(TingkatanError : Integer);
Begin
Case TingkatanError of
1 : WriteLn(‘Isi Stack sudah penuh… kondisi overflow’);
2 : WriteLn(‘Isi Stack Kosong … kondisi underflow’)
End
End;

mechanical fluida

Posted: Januari 10, 2012 in Education

mechanical fluida

part 1

part 2

network devices

Posted: Januari 7, 2012 in jaringan

macam-macam  Perangkat Jaringan yang ada

I.    Ipv4
Protokol Internet (Inggris Internet Protocol disingkat IP) adalah protokol lapisan jaringan (network layer dalam OSI Reference Model) atau protokol lapisan internetwork (internetwork layer dalam DARPA Reference Model) yang digunakan oleh protokol TCP/IP untuk melakukan pengalamatan dan routing paket data antar host-host di jaringan komputer berbasis TCP/IP. Versi IP yang banyak digunakan adalah IP versi 4 (IPv4) yang didefinisikan pada RFC 791 dan dipublikasikan pada tahun 1981. Protokol IP merupakan salah satu protokol kunci di dalam kumpulan protokol TCP/IP. Sebuah paket IP akan membawa data aktual yang dikirimkan melalui jaringan dari satu titik ke titik lainnya. Metode yang digunakannya adalah connectionless yang berarti ia tidak perlu membuat dan memelihara sebuah sesi koneksi. Selain itu, protokol ini juga tidak menjamin penyampaian data, tapi hal ini diserahkan kepada protokol pada lapisan yang lebih tinggi (lapisan transport dalam OSI Reference Model atau lapisan antar host dalam DARPA Reference Model), yakni protokol Transmission Control Protocol (TCP).
Panjang totalnya adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 4 miliar host komputer atau lebih tepatnya 4.294.967.296 host di seluruh dunia, jumlah host tersebut didapatkan dari 256 (didapatkan dari 8 bit) dipangkat 4 (karena terdapat 4 oktet) sehingga nilai maksimal dari alamt IP versi 4 tersebut adalah 255.255.255.255 dimana nilai dihitung dari nol sehingga nilai nilai host yang dapat ditampung adalah 256 x 256 x 256 x 256 = 4.294.967.296 host. sehingga bila host yang ada diseluruh dunia melebihi kuota tersebut maka dibuatlah IP versi 6 atau IPv6.
Alamat IP versi 4 umumnya diekspresikan dalam notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi ke dalam empat buah oktet berukuran 8-bit. Dalam beberapa buku referensi, format bentuknya adalah w.x.y.z. Karena setiap oktet berukuran 8-bit, maka nilainya berkisar antara 0 hingga 255 (meskipun begitu, terdapat beberapa pengecualian nilai). Alamat IP yang dimiliki oleh sebuah host dapat dibagi dengan menggunakan subnet mask jaringan ke dalam dua buah bagian, yakni:
Network Identifier/NetID atau Network Address (alamat jaringan) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat jaringan di mana host berada.

Dalam banyak kasus, sebuah alamat network identifier adalah sama dengan segmen jaringan fisik dengan batasan yang dibuat dan didefinisikan oleh router IP. Meskipun demikian, ada beberapa kasus di mana beberapa jaringan logis terdapat di dalam sebuah segmen jaringan fisik yang sama dengan menggunakan sebuah praktek yang disebut sebagai multinetting. Semua sistem di dalam sebuah jaringan fisik yang sama harus memiliki alamat network identifier yang sama. Network identifier juga harus bersifat unik dalam sebuah Internetwork. Jika semua node di dalam jaringan logis yang sama tidak dikonfigurasikan dengan menggunakan network identifier yang sama, maka terjadilah masalah yang disebut dengan routing error.

Alamat network identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255. Host Identifier/HostID atau Host address (alamat host) yang digunakan khusus untuk mengidentifikasikan alamat host (dapat berupa workstation, server atau sistem lainnya yang berbasis teknologi TCP/IP) di dalam jaringan. Nilai host identifier tidak boleh bernilai 0 atau 255 dan harus bersifat unik di dalam network identifier/segmen jaringan di mana ia berada.
Header IP terdiri atas beberapa field sebagai berikut:

Version    4 bit  :  Digunakan untuk mengindikasikan versi dari header IP yang digunakan. Karena memiliki panjang 4 bit, maka terdapat 24=16 buah jenis nilai yang berbeda-beda, yang berkisar antara 0 hingga 15. Meskipun begitu hanya ada dua nilai yang bisa digunakan, yakni 4 dan 6, mengingat versi IP standar yang digunakan saat ini dalam jaringan dan Internet adalah versi 4 dan 6 merupakan singkatan dari versi selanjutnya (IPv6). Lihat situs web IANA untuk informasi mengenai field ini lebih lanjut.
Header length    4 bit  :  Digunakan untuk mengindikasikan ukuran header IP. Karena memiliki panjang 4 bit, maka terdapat 24=16 buah jenis nilai yang berbeda-beda. Field header length ini mengindikasikan bilangan double-word 32-bit (blok 4-byte) di dalam header IP. Ukuran terkecilnya adalah 5 (0x05), yang menunjukkan ukuran terkecil dari header IP yakni 20 byte. Dengan jumlah maksimum dari IP Options, ukuran header IP maksimum adalah 60 byte, yang diindikasikan dengan nilai 15 (0x0F).
Type of Service (TOS)    8 bit  :  Field ini digunakan untuk menentukan kualitas transmisi dari sebuah datagram IP. Ada dua jenis TOS yang didefinisikan, yakni pada RFC 791 dan RFC 2474. Hal ini akan dibahas pada seksi berikutnya.
Total Length    16 bit  :  Merupakan panjang total dari datagram IP, yang mencakup header IP dan muatannya. Dengan menggunakan angka 16 bit, nilai maksimum yang dapat ditampung adalah 65535 byte. Untuk datagram IP yang memiliki ukuran maksimum, field ini memiliki nilai yang sama dengan nilai maximum transmission unit yang dimiliki oleh teknologi protokol lapisan antarmuka jaringan.
Identifier    16 bit :   Digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah paket IP tertentu yang dikirimkan antara node sumber dan node tujuan. Host pengirim akan mengeset nilai dari field ini, dan field ini akan bertambah nilainya untuk datagram IP selanjutnya. Field ini digunakan untuk mengenali fragmen-fragmen sebuah datagram IP.
Flag    3 bit  :  Berisi dua buah flag yang berisi apakah sebuah datagram IP mengalami fragmentasi atau tidak. Meski berisi tiga bit, ada dua jenis nilai yang mungkin, yakni apakah hendak memecah datagram IP ke dalam beberapa fragmen atau tidak.
Fragment Offset    13 bit    Digunakan untuk mengidentifikasikan ofset di mana fragmen yang bersangkutan dimulai, dihitung dari permulaan muatan IP yang belum dipecah.
Time-to-Live (TTL)    8 bit :   Digunakan untuk mengidentifikasikan berapa banyak saluran jaringan di mana sebuah datagram IP dapat berjalan-jalan sebelum sebuah router mengabaikan datagram tersebut. Field ini pada awalnya ditujukan sebagai penghitung waktu, untuk mengidentifikasikan berapa lama (dalam detik) sebuah datagram IP boleh terdapat di dalam jaringan. Adalah router IP yang memantau nilai ini, yang akan berkurang setiap kali hinggap dalam router.
Protocol    8 bit  :  Digunakan untuk mengidentifikasikan jenis protokol lapisan yang lebih tinggi yang dikandung oleh muatan IP. Field ini merupakan tanda eksplisit untuk protokol klien. Terdapat beberapa nilai dari field ini, seperti halnya nilai 1 (0x01) untuk ICMP, 6 (0x06) untuk TCP, dan 17 (0x11) untuk UDP (selengkapnya lihat di bawah). Field ini bertindak sebagai penanda multipleks (multiplex identifier), sehingga muatan IP pun dapat diteruskan ke protokol lapisan yang lebih tinggi saat diterima oleh node yang dituju.
Header Checksum    16 bit  :  Field ini berguna hanya untuk melakukan pengecekan integritas terhadap header IP, sementara muatan IP sendiri tidak dimasukkan ke dalamnya, sehingga muatan IP harus memiliki checksum mereka sendiri untuk melakukan pengecekan integritas terhadap muatan IP. Host pengirim akan melakukan pengecekan checksum terhadap datagram IP yang dikirimkan. Setiap router yang berada di dalam jalur transmisi antara sumber dan tujuan akan melakukan verifikasi terhadap field ini sebelum memproses paket. Jika verifikasi dianggap gagal, router pun akan mengabaikan datagram IP tersebut.

Karena setiap router yang berada di dalam jalur transmisi antara sumber dan tujuan akan mengurangi nilai TTL, maka header checksum pun akan berubah setiap kali datagram tersebut hinggap di setiap router yang dilewati.

Pada saat menghitung checksum terhadap semua field di dalam header IP, nilai header checksum akan diset ke nilai 0.
Source IP Address    32 bit    Mengandung alamat IP dari sumber host yang mengirimkan datagram IP tersebut, atau alamat IP dari Network Address Translator (NAT).

Destination IP Address    32 bit    Mengandung alamat IP tujuan ke mana datagram IP tersebut akan disampaikan, atau yang dapat berupa alamat dari host atau NAT.
IP Options and Padding    32 bit    [place holder

Jenis-jenis alamat

Alamat IPv4 terbagi menjadi beberapa jenis, yakni sebagai berikut:
•    Alamat Unicast, merupakan alamat IPv4 yang ditentukan untuk sebuah antarmuka jaringan yang dihubungkan ke sebuah internetwork IP. Alamat unicast digunakan dalam komunikasi point-to-point atau one-to-one.
•    Alamat Broadcast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh setiap node IP dalam segmen jaringan yang sama. Alamat broadcast digunakan dalam komunikasi one-to-everyone.
•    Alamat Multicast, merupakan alamat IPv4 yang didesain agar diproses oleh satu atau beberapa node dalam segmen jaringan yang sama atau berbeda. Alamat multicast digunakan dalam komunikasi one-to-many.

Kelas A
Alamat-alamat kelas A diberikan untuk jaringan skala besar. Nomor urut bit tertinggi di dalam alamat IP kelas A selalu diset dengan nilai 0 (nol). Tujuh bit berikutnya—untuk melengkapi oktet pertama—akan membuat sebuah network identifier. 24 bit sisanya (atau tiga oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Ini mengizinkan kelas A memiliki hingga 126 jaringan, dan 16,777,214 host tiap jaringannya. Alamat dengan oktet awal 127 tidak diizinkan, karena digunakan untuk mekanisme Interprocess Communication (IPC) didalam mesin yang bersangkutan.
Kelas B
Alamat-alamat kelas B dikhususkan untuk jaringan skala menengah hingga skala besar. Dua bit pertama di dalam oktet pertama alamat IP kelas B selalu diset ke bilangan biner 10. 14 bit berikutnya (untuk melengkapi dua oktet pertama), akan membuat sebuah network identifier. 16 bit sisanya (dua oktet terakhir) merepresentasikan host identifier. Kelas B dapat memiliki 16,384 network, dan 65,534 host untuk setiap network-nya.
Kelas C
Alamat IP kelas C digunakan untuk jaringan berskala kecil. Tiga bit pertama di dalam oktet pertama alamat kelas C selalu diset ke nilai biner 110. 21 bit selanjutnya (untuk melengkapi tiga oktet pertama) akan membentuk sebuah network identifier. 8 bit sisanya (sebagai oktet terakhir) akan merepresentasikan host identifier. Ini memungkinkan pembuatan total 2,097,152 buah network, dan 254 host untuk setiap network-nya.
Kelas D
Alamat IP kelas D disediakan hanya untuk alamat-alamat IP multicast, sehingga berbeda dengan tiga kelas di atas. Empat bit pertama di dalam IP kelas D selalu diset ke bilangan biner 1110. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host. Untuk lebih jelas mengenal alamat ini, lihat pada bagian Alamat Multicast IPv4.
Kelas E
Alamat IP kelas E disediakan sebagai alamat yang bersifat “eksperimental” atau percobaan dan dicadangkan untuk digunakan pada masa depan. Empat bit pertama selalu diset kepada bilangan biner 1111. 28 bit sisanya digunakan sebagai alamat yang dapat digunakan untuk mengenali host.
Catatan: Penggunaan kelas alamat IP sekarang tidak relevan lagi, mengingat sekarang alamat IP sudah tidak menggunakan kelas alamat lagi. Pengemban otoritas Internet telah melihat dengan jelas bahwa alamat yang dibagi ke dalam kelas-kelas seperti di atas sudah tidak mencukupi kebutuhan yang ada saat ini, di saat penggunaan Internet yang semakin meluas. Alamat IPv6 yang baru sekarang tidak menggunakan kelas-kelas seperti alamat IPv4. Alamat yang dibuat tanpa memedulikan kelas disebut juga dengan classless address.

Alamat Unicast
Setiap antarmuka jaringan yang menggunakan protokol TCP/IP harus diidentifikasikan dengan menggunakan sebuah alamat logis yang unik, yang disebut dengan alamat unicast (unicast address). Alamat unicast disebut sebagai alamat logis karena alamat ini merupakan alamat yang diterapkan pada lapisan jaringan dalam DARPA Reference Model dan tidak memiliki relasi yang langsung dengan alamat yang digunakan pada lapisan antarmuka jaringan dalam DARPA Reference Model. Sebagai contoh, alamat unicast dapat ditetapkan ke sebuah host dengan antarmuka jaringan dengan teknologi Ethernet, yang memiliki alamat MAC sepanjang 48-bit.
Alamat unicast inilah yang harus digunakan oleh semua host TCP/IP agar dapat saling terhubung. Komponen alamat ini terbagi menjadi dua jenis, yakni alamat host (host identifier) dan alamat jaringan (network identifier).
Alamat unicast menggunakan kelas A, B, dan C dari kelas-kelas alamat IP yang telah disebutkan sebelumnya, sehingga ruang alamatnya adalah dari 1.x.y.z hingga 223.x.y.z. Sebuah alamat unicast dibedakan dengan alamat lainnya dengan menggunakan skema subnet mask.
Jenis-jenis alamat unicast
Jika ada sebuah intranet tidak yang terkoneksi ke Internet, semua alamat IP dalam ruangan kelas alamat unicast dapat digunakan. Jika koneksi dilakukan secara langsung (dengan menggunakan teknik routing) atau secara tidak langsung (dengan menggunakan proxy server), maka ada dua jenis alamat yang dapat digunakan di dalam Internet, yaitu public address (alamat publik) dan private address (alamat pribadi).
Alamat publik
Alamat publik adalah alamat-alamat yang telah ditetapkan oleh InterNIC dan berisi beberapa buah network identifier yang telah dijamin unik (artinya, tidak ada dua host yang menggunakan alamat yang sama) jika intranet tersebut telah terhubung ke Internet.
Ketika beberapa alamat publik telah ditetapkan, maka beberapa rute dapat diprogram ke dalam sebuah router sehingga lalu lintas data yang menuju alamat publik tersebut dapat mencapai lokasinya. Di Internet, lalu lintas ke sebuah alamat publik tujuan dapat dicapai, selama masih terkoneksi dengan Internet.
Alamat ilegal
Intranet-intranet pribadi yang tidak memiliki kemauan untuk mengoneksikan intranetnya ke Internet dapat memilih alamat apapun yang mereka mau, meskipun menggunakan alamat publik yang telah ditetapkan oleh InterNIC. Jika sebuah organisasi selanjutnya memutuskan untuk menghubungkan intranetnya ke Internet, skema alamat yang digunakannya mungkin dapat mengandung alamat-alamat yang mungkin telah ditetapkan oleh InterNIC atau organisasi lainnya. Alamat-alamat tersebut dapat menjadi konflik antara satu dan lainnya, sehingga disebut juga dengan illegal address, yang tidak dapat dihubungi oleh host lainnya.

Alamat Privat
Setiap node IP membutuhkan sebuah alamat IP yang secara global unik terhadap Internetwork IP. Pada kasus Internet, setiap node di dalam sebuah jaringan yang terhubung ke Internet akan membutuhkan sebuah alamat yang unik secara global terhadap Internet. Karena perkembangan Internet yang sangat amat pesat, organisasi-organisasi yang menghubungkan intranet miliknya ke Internet membutuhkan sebuah alamat publik untuk setiap node di dalam intranet miliknya tersebut. Tentu saja, hal ini akan membutuhkan sebuah alamat publik yang unik secara global.
Ketika menganalisis kebutuhan pengalamatan yang dibutuhkan oleh sebuah organisasi, para desainer Internet memiliki pemikiran yaitu bagi kebanyakan organisasi, kebanyakan host di dalam intranet organisasi tersebut tidak harus terhubung secara langsung ke Internet. Host-host yang membutuhkan sekumpulan layanan Internet, seperti halnya akses terhadap web atau e-mail, biasanya mengakses layanan Internet tersebut melalui gateway yang berjalan di atas lapisan aplikasi seperti proxy server atau e-mail server.

Hasilnya, kebanyakan organisasi hanya membutuhkan alamat publik dalam jumlah sedikit saja yang nantinya digunakan oleh node-node tersebut (hanya untuk proxy, router, firewall, atau translator alamat jaringan) yang terhubung secara langsung ke Internet.
Untuk host-host di dalam sebuah organisasi yang tidak membutuhkan akses langsung ke Internet, alamat-alamat IP yang bukan duplikat dari alamat publik yang telah ditetapkan mutlak dibutuhkan. Untuk mengatasi masalah pengalamatan ini, para desainer Internet mereservasikan sebagian ruangan alamat IP dan menyebut bagian tersebut sebagai ruangan alamat pribadi. Sebuah alamat IP yang berada di dalam ruangan alamat pribadi tidak akan digunakan sebagai sebuah alamat publik. Alamat IP yang berada di dalam ruangan alamat pribadi dikenal juga dengan alamat pribadi atau Private Address. Karena di antara ruangan alamat publik dan ruangan alamat pribadi tidak saling melakukan overlapping, maka alamat pribadi tidak akan menduplikasi alamat publik, dan tidak pula sebaliknya. Sebuah jaringan yang menggunakan alamat IP privat disebut juga dengan jaringan privat atau private network.
Ruangan alamat pribadi yang ditentukan di dalam RFC 1918 didefinisikan di dalam tiga blok alamat berikut:
•    10.0.0.0/8
•    172.16.0.0/12
•    192.168.0.0/16
Sementara itu ada juga sebuah ruang alamat yang digunakan untuk alamat IP privat dalam beberapa sistem operasi:
•    169.254.0.0/16

10.0.0.0/8
Jaringan pribadi (private network) 10.0.0.0/8 merupakan sebuah network identifier kelas A yang mengizinkan alamat IP yang valid dari 10.0.0.1 hingga 10.255.255.254. Jaringan pribadi 10.0.0.0/8 memiliki 24 bit host yang dapat digunakan untuk skema subnetting di dalam sebuah organisasi privat.

172.16.0.0/12
Jaringan pribadi 172.16.0.0/12 dapat diinterpretasikan sebagai sebuah block dari 16 network identifier kelas B atau sebagai sebuah ruangan alamat yang memiliki 20 bit yang dapat ditetapkan sebagai host identifier, yang dapat digunakan dengan menggunakan skema subnetting di dalam sebuah organisasi privat. Alamat jaringan privat 172.16.0.0/12 mengizinkan alamat-alamat IP yang valid dari 172.16.0.1 hingga 172.31.255.254.

192.168.0.0/16
Jaringan pribadi 192.168.0.0/16 dapat diinterpretasikan sebagai sebuah block dari 256 network identifier kelas C atau sebagai sebuah ruangan alamat yang memiliki 16 bit yang dapat ditetapkan sebagai host identifier yang dapat digunakan dengan menggunakan skema subnetting apapun di dalam sebuah organisasi privat. Alamat jaringan privat 192.168.0.0/16 dapat mendukung alamat-alamat IP yang valid dari 192.168.0.1 hingga 192.168.255.254.

169.254.0.0/16
Alamat jaringan ini dapat digunakan sebagai alamat privat karena memang IANA mengalokasikan untuk tidak menggunakannya. Alamat IP yang mungkin dalam ruang alamat ini adalah 169.254.0.1 hingga 169.254.255.254, dengan alamat subnet mask 255.255.0.0. Alamat ini digunakan sebagai alamat IP privat otomatis (dalam Windows, disebut dengan Automatic Private Internet Protocol Addressing (APIPA)).
Hasil dari penggunaan alamat-alamat privat ini oleh banyak organisasi adalah menghindari kehabisan dari alamat publik, mengingat pertumbuhan Internet yang sangat pesat.

Karena alamat-alamat IP di dalam ruangan alamat pribadi tidak akan ditetapkan oleh Internet Network Information Center (InterNIC) (atau badan lainnya yang memiliki otoritas) sebagai alamat publik, maka tidak akan pernah ada rute yang menuju ke alamat-alamat pribadi tersebut di dalam router Internet. Kompensasinya, alamat pribadi tidak dapat dijangkau dari Internet. Oleh karena itu, semua lalu lintas dari sebuah host yang menggunakan sebuah alamat pribadi harus mengirim request tersebut ke sebuah gateway (seperti halnya proxy server), yang memiliki sebuah alamat publik yang valid, atau memiliki alamat pribadi yang telah ditranslasikan ke dalam sebuah alamat IP publik yang valid dengan menggunakan Network Address Translator (NAT) sebelum dikirimkan ke Internet.
Alamat Multicast
Alamat IP Multicast (Multicast IP Address) adalah alamat yang digunakan untuk menyampaikan satu paket kepada banyak penerima. Dalam sebuah intranet yang memiliki alamat multicast IPv4, sebuah paket yang ditujukan ke sebuah alamat multicast akan diteruskan oleh router ke subjaringan di mana terdapat host-host yang sedang berada dalam kondisi “listening” terhadap lalu lintas jaringan yang dikirimkan ke alamat multicast tersebut. Dengan cara ini, alamat multicast pun menjadi cara yang efisien untuk mengirimkan paket data dari satu sumber ke beberapa tujuan untuk beberapa jenis komunikasi. Alamat multicast didefinisikan dalam RFC 1112.
Alamat-alamat multicast IPv4 didefinisikan dalam ruang alamat kelas D, yakni 224.0.0.0/4, yang berkisar dari 224.0.0.0 hingga 224.255.255.255. Prefiks alamat 224.0.0.0/24 (dari alamat 224.0.0.0 hingga 224.0.0.255) tidak dapat digunakan karena dicadangkan untuk digunakan oleh lalu lintas multicast dalam subnet lokal.
Daftar alamat multicast yang ditetapkan oleh IANA dapat dilihat pada situs IANA.
Alamat Broadcast
Alamat broadcast untuk IP versi 4 digunakan untuk menyampaikan paket-paket data “satu-untuk-semua”. Jika sebuah host pengirim yang hendak mengirimkan paket data dengan tujuan alamat broadcast, maka semua node yang terdapat di dalam segmen jaringan tersebut akan menerima paket tersebut dan memprosesnya. Berbeda dengan alamat IP unicast atau alamat IP multicast, alamat IP broadcast hanya dapat digunakan sebagai alamat tujuan saja, sehingga tidak dapat digunakan sebagai alamat sumber.
Ada empat buah jenis alamat IP broadcast, yakni network broadcast, subnet broadcast, all-subnets-directed broadcast, dan Limited Broadcast. Untuk setiap jenis alamat broadcast tersebut, paket IP broadcast akan dialamatkan kepada lapisan antarmuka jaringan dengan menggunakan alamat broadcast yang dimiliki oleh teknologi antarmuka jaringan yang digunakan. Sebagai contoh, untuk jaringan Ethernet dan Token Ring, semua paket broadcast IP akan dikirimkan ke alamat broadcast Ethernet dan Token Ring, yakni 0xFF-FF-FF-FF-FF-FF.
Network Broadcast
Alamat network broadcast IPv4 adalah alamat yang dibentuk dengan cara mengeset semua bit host menjadi 1 dalam sebuah alamat yang menggunakan kelas (classful). Contohnya adalah, dalam NetID 131.107.0.0/16, alamat broadcast-nya adalah 131.107.255.255. Alamat network broadcast digunakan untuk mengirimkan sebuah paket untuk semua host yang terdapat di dalam sebuah jaringan yang berbasis kelas. Router tidak dapat meneruskan paket-paket yang ditujukan dengan alamat network broadcast.
Subnet broadcast
Alamat subnet broadcast adalah alamat yang dibentuk dengan cara mengeset semua bit host menjadi 1 dalam sebuah alamat yang tidak menggunakan kelas (classless). Sebagai contoh, dalam NetID 131.107.26.0/24, alamat broadcast-nya adalah 131.107.26.255. Alamat subnet broadcast digunakan untuk mengirimkan paket ke semua host dalam sebuah jaringan yang telah dibagi dengan cara subnetting, atau supernetting. Router tidak dapat meneruskan paket-paket yang ditujukan dengan alamat subnet broadcast.
Alamat subnet broadcast tidak terdapat di dalam sebuah jaringan yang menggunakan kelas alamat IP, sementara itu, alamat network broadcast tidak terdapat di dalam sebuah jaringan yang tidak menggunakan kelas alamat IP.
All-subnets-directed broadcast
Alamat IP ini adalah alamat broadcast yang dibentuk dengan mengeset semua bit-bit network identifier yang asli yang berbasis kelas menjadi 1 untuk sebuah jaringan dengan alamat tak berkelas (classless). Sebuah paket jaringan yang dialamatkan ke alamat ini akan disampaikan ke semua host dalam semua subnet yang dibentuk dari network identifer yang berbasis kelas yang asli. Contoh untuk alamat ini adalah untuk sebuah network identifier 131.107.26.0/24, alamat all-subnets-directed broadcast untuknya adalah 131.107.255.255. Dengan kata lain, alamat ini adalah alamat jaringan broadcast dari network identifier alamat berbasis kelas yang asli.

Dalam contoh di atas, alamat 131.107.26.0/24 yang merupakan alamat kelas B, yang secara default memiliki network identifer 16, maka alamatnya adalah 131.107.255.255.
Semua host dari sebuah jaringan dengan alamat tidak berkelas akan menengarkan dan memproses paket-paket yang dialamatkan ke alamat ini. RFC 922 mengharuskan router IP untuk meneruskan paket yang di-broadcast ke alamat ini ke semua subnet dalam jaringan berkelas yang asli. Meskipun demikian, hal ini belum banyak diimplementasikan.
Dengan banyaknya alamat network identifier yang tidak berkelas, maka alamat ini pun tidak relevan lagi dengan perkembangan jaringan. Menurut RFC 1812, penggunaan alamat jenis ini telah ditinggalkan.
Limited broadcast
Alamat ini adalah alamat yang dibentuk dengan mengeset semua 32 bit alamat IP versi 4 menjadi 1 (11111111111111111111111111111111 atau 255.255.255.255). Alamat ini digunakan ketika sebuah node IP harus melakukan penyampaian data secara one-to-everyone di dalam sebuah jaringan lokal tetapi ia belum mengetahui network identifier-nya. Contoh penggunaanya adalah ketika proses konfigurasi alamat secara otomatis dengan menggunakan Boot Protocol (BOOTP) atau Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP). Sebagai contoh, dengan DHCP, sebuah klien DHCP harus menggunakan alamat ini untuk semua lalu lintas yang dikirimkan hingga server DHCP memberikan sewaan alamat IP kepadanya.
Semua host, yang berbasis kelas atau tanpa kelas akan mendengarkan dan memproses paket jaringan yang dialamatkan ke alamat ini. Meskipun kelihatannya dengan menggunakan alamat ini, paket jaringan akan dikirimkan ke semua node di dalam semua jaringan, ternyata hal ini hanya terjadi di dalam jaringan lokal saja, dan tidak akan pernah diteruskan oleh router IP, mengingat paket data dibatasi saja hanya dalam segmen jaringan lokal saja. Karenanya, alamat ini disebut sebagai limited broadcast.

II.    Subnetting
Untuk beberapa alasan yang menyangkut efisiensi IP Address, mengatasi masalah topologi network dan organisasi, network administrator biasanya melakukan subnetting. Esensi dari subnetting adalah ‘memindahkan’ garis pemisah antara bagian network dan bagian host dari suatu IP Address. Beberapa bit dari bagian host dialokasikan menjadi bit tambahan pada bagian network. Address satu network menurut struktur baku dipecah menjadi beberapa subnetwork. Cara ini menciptakan sejumlah network tambahan, tetapi mengurangi jumlah maksimum host yang ada dalam network tersebut seperti yang tertera pada gambar berikut :

Subnetting juga dilakukan untuk mengatasi perbedaan hardware dan media fisik yang digunakan dalam satu network. Router IP dapat mengintegrasikan berbagai network dengan media fisik yang berbeda hanya jika setiap network memiliki address network yang unik. Selain iut, subnetting seorang Network Administrator dapat mendelegasikan pengaturan host address seluruh departemen dari suatu perusahaan besar kepada setiap departemen, untuk memudahkannya dalam mengatur keseluruhan network.
Suatu subnet didefinisikan dengan mengimplementasikan masking bit (subnetmask) kepada IP Adrress. Struktur subnet mask sama dengan struktur IP Address, yakni terdiri dari 32 bit yang terbagi atas 4 segmen. Bit-bit dari IP Address yang ‘ditutupi’ (masking) oleh bit-bit subnet mask yang aktif dan bersesuaian akan diinterpretasikan sebagai network bit. Bit 1 pada subnet mask berarti mengaktifkan masking (on), sedangkan bit 0 tidak aktif (off). Sebagai contoh kasus, mari kita ambil satu IP Address kelas A dengan nomor 44.132.1.20. Ilustrasinya dapat dilihat pada Tabel berikut :

Dengan aturan standard, nomor network IP Address ini adalah 44 dan nomor host adalah 132.1.20. network tersebut dapat menampung maksimum lebih dari 16 juta host yang terhubung langsung. Misalkan pada address ini akan diimplementasikan subnet mask sebanyak 16 bit 255.255.0.0 (Hexa = FF.FF.00.00 atau Biner = 11111111.11111111.00000000.00000000). Perhatikan bahwa pada 16 bit pertama dari subnet mask tersebut berharga 1, sedangkan 16 berikutnya 0. Dengan demikian, 16 bit pertama dari suatu IP Address yang dikenakan subnet mask tersebut akan dianggap sebagai network bit. Nomor network akan berubah menjadi 44.132 dan nomor host menjadi 1.20. Kapasitas maksimum host yang langsung terhubung pada network menjadi sekitar 65 ribu host.
Subnet mask di atas identik dengan standard IP Address kelas B. Dengan menerapkan subnet mask tersebut pada satu network kelas A, dapat dibuat 256 network baru dengan kapasitas masing-masing subnet setara network kelas B. Penerapan subnet yang lebih jauh seperti 255.255.255.0 (24 bit) pada kelas A akan menghasilkan jumlah network yang lebih besar (lebih dari 65 ribu network) dengan kapasitas masing-masing subnet sebesar 256 host. Network kelas C juga dapat dibagi-bagi lagi menjadi beberapa subnet dengan menerapkan subnet mask yang lebih tinggi seperti untuk 25 bit (255.255.255.128), 26 bit (255.255.255.192), 27 bit (255.255.255.224) dan seterusnya.
Subnetting dilakukan pada saat konfigurasi interface. Penerapan subnet mask pada IP Address akan mendefinisikan 2 buah address baru, Network Address dan Broadcast Address. Network Address didefinisikan dengan menset seluruh bit host berharga 0, sedangkan broadcast address dengan menset bit host berharga 1. Seperti yang telah dijelaskna pada bagian sebelumnya, network address adalah alamat network yang berguna pada informasi routing. Suatu host yang tidak perlu mengetahui address seluruh host yang ada pada network yang lain. Informasi yang dibutuhkannya hanyalah address dari network yang akan dihubungi serta gateway untuk mencapai network tersebut. Ilustrasi mengenai subnetting, network address dan broadcast address dapat dilihat pada Tabel di bawah. Dari tabel dapat disimpulkan bagaimana nomor network standard dari suatu IP Address diubah menjadi nomor subnet / subnet address melalui subnetting.

Subnetting hanya berlaku pada network lokal. Bagi network di luar network lokal, nomor yang dikenali tetap nomor network standard menurut kelas IP Address.

Metode Perencanaan LAN
Sekarang kita akan membahas bagaimana merencanakan suatu LAN yang baik. Tujuan utamanya untuk merancang LAN yang memenuhi kebutuhan pengguna saat ini dan dapat dikembangkan di masa yang akan datang sejalan dengan peningkatan kebutuhan jaringan yang lebih besar.
Desain sebuah LAN meliputi perencanaan fisik meliputimedia yang digunakan bersama dan infrastruktur LAN yakni pengkabelan sebagai jalur fisik komunikasi setiap device jaringan. Infrastruktur yang dirancang dengan baik cukup fleksibel untuk memenuhi kebutuhan sekarang dan masa datang.
Metode perencanaan LAN meliputi :
•    Seorang administrator network yang bertanggung jawab terhadap jaringan.
•    Pengalokasian IP Addressdengan subnetting.
•    Peta letak komputer dari LAN dan topologi yang hendak kita gunakan.
•    Persiapan fisik yang meliputi pengkabelan dan perlatan lainnya.
Di antara hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan LAN adalah lokasi fisik itu sendiri. Peta atau cetak biru bangunan-bangunan yang akan dihubungkan serta informasi jalur kabel (conduit) yang ada dan menghubungkan bangunan-bangunan tersebut sangat diperlukan. Jika peta seperti ini tidak ada maka perlu digambarkan peta dengan cara menurut kabel-kabel yang ada. Secara umum dapat diasumsikan bahwa pengkabelan yang menghubungkan bangunan-bangunan atau yang melewati tempat terbuka harus terdapat di dalam conduit. Seorang manager jaringan harus menghubungi manager bangunan yang mengetahui dan bertanggung jawab atas bangunan tersebut. Pada setiap lokasi (yang dapat terdiri dari beberapa bangunan) harus ditunjuk seorang manager jaringan.

Manager jaringan harus mengetahui semua konfigurasi jaringan dan pengkabelan pada lokasi yang menjadi tanggung jawabnya. Pada awalnya tugas ini hanya memakan waktu sedikit. Namun sejalan dengan perkembangan jaringan menjadi lebih kompleks, tugas ini berubah menjadi tugas yang berat. Jadi sebaiknya dipilih orang yang betul-betul berminta dan mau terlibat dalam perkembangan jaringan.

Penglokasian IP Address
Bagian ini memegang peranan yang sangat penting karena meliputi perencanaan jumlah network yang akan dibuat dan alokasi IP Address untuk setiap network. Kita harus membuat subnetting yang tepat untuk keseluruhan jaringan dengan mempertimbangkan kemungkinan perkembangan jaringan di masa yang akan datang. Sebagai contoh, sebuah kantor memasang jaringan internet via V-SAT mendapat alokasi IP addres dari INTERNIC untuk kelas B yaitu 192.168.xxx.xxx. Jika diimplementasikan dalam suatu jaringan saja (flat), maka dengan IP Address ini kita hanya dapat membuat satu network dengan kapasitas lebih dari 65.000 host. Karena letak fisik jaringan tersebar (dalam beberapa departemen dan laboratorium) dan tingkat kongesti yang akan sangat tinggi, tidak mungkin menghubungkan seluruh komputer dalam kantor tersebut hanya dengan menggunakan satu buah jaringan saja (flat). Maka dilakukan pembagian jaringan sesuai letak fisiknya. Pembagian ini tidak hanya pada level fisik (media) saja, namun juga pada level logik (network layer), yakni pada tingkat IP address.. Pembagian pada level network membutuhkan segmentasi pada IP Address yang akan digunakan. Untuk itu, dilakukan proses pendelegasian IP Address kepada masing-masing jurusan, laboratorium dan lembaga lain yang memiliki LAN dan akan diintegrasikan dalam suatu jaringan kampus yang besar. Misalkan dilakukan pembagian IP kelas B sebagai berikut :
•    IP address 192.168.1.xxx dialokasikan untuk cadangan
•    IP address 192.168.2.xxx dialokasikan untuk departemen A
•    IP address 192.168.3.xxx dialokasikan untuk departemen B
•    Ip address 192.168.4.xxx dialokasikan untuk unit X
Pembagian ini didasari oleh jumlah komputer yang terdapat pada suatu jurusan dan prediksi peningkatan populasinya untuk beberapa tahun kemudian. Hal ini dilakukan semata-mata karena Ip Address bersifat terbatas, sehingga pemanfaatannya harus diusahakan seefisien mungkin.
Jika seorang administrator di salah satu departemen mendapat alokasi Ip Address 192.168.48.xxx, maka alokasi ini akan setara dengan sebuah Ip Address kelas C karena dengan Ip ini kita hanya dapat membentuk satu jaringan berkapasitas 256 host yakni dari 192.168.9.0 sampai 192.168.9.255.
Dalam pembagian ini, seorang network administrator di suatu lembaga mendapatkan alokasi Ip Address 192.168.9.xxx. Alokasi ini setara dengan satu buah kelas C karena sama-sama memiliki kapasitas 256 Ip Address, yakni dari 192.168.9.0 sampai 192.168.9.255. Misalkan dalam melakukan instalasi jaringan, ia dihadapkan pada permasalahan-permasalahan sebagai berikut :
•    Dibutuhkan kira-kira 7 buah LAN
•    Setiap LAN memiliki kurang dari 30 komputer
Berdasarkan fakta tersebut, ia membagi 256 Ip Address itu menjadi 8 segmen. Karena pembagian ini berbasis bilangan biner, pembagian hanya dapat dilakukan untuk kelipata pangkat 2, yakni dibagi 2, 4, 6, 8, 16, 32, dst. Jika kita tinjau secara biner, maka kita mendapatkan jumlah bit host dari subnet 192.168.9.xxx adalah 8 bit (segmen terakhir). Jika hanya akan diimplementasikan menjadi suatu jaringan, maka jaringan tersebut dapat menampung sekitar 256 host. Jika ingin membagi menjadi 2 segmen, maka bit pertama dari 8 bit segmen terakhir Ip Address di tutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking keseluruhan menjadi 24 + 1 = 25 bit. Bit untuk host menjadi 7 bit. Ia memperoleh 2 buah sub network, dengan kapasitas masing-masing subnet 128 host. Subnet pertama akan menggunakan Ip Address dari 192.168.9.(0-127), sedangkan subnet kedua akan menggunakan Ip Address 192.168.9.(128-255).

Karena ia ingin membagi menjadi 8 segmen, maka ia harus mengambil 3 bit pertama (23 = 8) dari 8 bit segmen terakhir Ip Address untuk ditutup (mask) menjadi bit network, sehingga masking keseluruhan menjadi 24 + 3 = 27 bit. Bit untuk host menjadi 5 bit. Dengan masking ini, ia memperoleh 8 buah sub network, dengan kapasitas masing-masing subnet 32 (25) host. Ilustrasinya dapat dilihat pada tabel berikut :

Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast. Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:
Subnet Mask    Nilai CIDR
255.128.0.0    /9
255.192.0.0    /10
255.224.0.0    /11
255.240.0.0    /12
255.248.0.0    /13
255.252.0.0    /14
255.254.0.0    /15
255.255.0.0    /16
255.255.128.0    /17
255.255.192.0    /18
255.255.224.0    /19
Subnet Mask    Nilai CIDR
255.255.240.0    /20
255.255.248.0    /21
255.255.252.0    /22
255.255.254.0    /23
255.255.255.0    /24
255.255.255.128    /25
255.255.255.192    /26
255.255.255.224    /27
255.255.255.240    /28
255.255.255.248    /29
255.255.255.252    /30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet, alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:
1.    Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2.    Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3.    Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4.    Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.
Subnet    192.168.1.0    192.168.1.64    192.168.1.128    192.168.1.192
Host Pertama    192.168.1.1    192.168.1.65    192.168.1.129    192.168.1.193
Host Terakhir    192.168.1.62    192.168.1.126    192.168.1.190    192.168.1.254
Broadcast    192.168.1.63    192.168.1.127    192.168.1.191    192.168.1.255

Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask    Nilai CIDR
255.255.255.128    /25
255.255.255.192    /26
255.255.255.224    /27
255.255.255.240    /28
255.255.255.248    /29
255.255.255.252    /30
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.

Subnet Mask    Nilai CIDR
255.255.128.0    /17
255.255.192.0    /18
255.255.224.0    /19
255.255.240.0    /20
255.255.248.0    /21
255.255.252.0    /22
255.255.254.0    /23
255.255.255.0    /24
Subnet Mask    Nilai CIDR
255.255.255.128    /25
255.255.255.192    /26
255.255.255.224    /27
255.255.255.240    /28
255.255.255.248    /29
255.255.255.252    /30

Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
1.    Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2.    Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
3.    Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4.    Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet    172.16.0.0    172.16.64.0    172.16.128.0    172.16.192.0
Host Pertama    172.16.0.1    172.16.64.1    172.16.128.1    172.16.192.1
Host Terakhir    172.16.63.254    172.16.127.254    172.16.191.254    172.16.255.254
Broadcast    172.16.63.255    172.16.127.255    172.16.191.255    172.16..255.255

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1.    Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
2.    Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
3.    Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4.    Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet    172.16.0.0    172.16.0.128    172.16.1.0    …     172.16.255.128
Host Pertama    172.16.0.1    172.16.0.129    172.16.1.1    …     172.16.255.129
Host Terakhir    172.16.0.126    172.16.0.254    172.16.1.126    …    172.16.255.254
Broadcast    172.16.0.127    172.16.0.255    172.16.1.127    …    172.16.255.255
SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
1.    Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
2.    Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
3.    Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4.    Alamat host dan broadcast yang valid?
Subnet    10.0.0.0    10.1.0.0    …     10.254.0.0    10.255.0.0
Host Pertama    10.0.0.1    10.1.0.1    …     10.254.0.1    10.255.0.1
Host Terakhir    10.0.255.254    10.1.255.254    …    10.254.255.254    10.255.255.254
Broadcast    10.0.255.255    10.1.255.255    …    10.254.255.255    10.255.255.255
Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2

III.    Supernetting
Subnetting dilakukan untuk tujuan memadukan teknologi dari topologi jaringan yang berbeda, membatasi jumlah node dalam satu segmen jaringan dan mereduksi lintasan transmisi yang ditimbulkan oleh broadcast maupun tabrakan (collision) pada saat transmisi data. Subnetting dilakukan dengan mengambil beberapa bit HOST untuk dijadikan bit NETWORK, sehingga terjadi pemindahan “garis pemisah” antara bit-bit  network dengan bit-bit host, dengan memperhatikan kebutuhan jumlah Nomor Host untuk setiap Subnet.
Namun adakalanya suatu network tidak mampu menampung sejumlah Host yang diperlukan (sebagai contoh, jumlah Host maksimum dari kelas C adalah 254 buah), dan jika hal ini terjadi (misalkan jumlah Host yang akan digabung >1000 buah), maka untuk mengatasinya dilakukanlah penggabungan dari beberapa jaringan kelas C.

Gambar : Supernetwork dengan anggota > 1000 workstation

Supernetting merupakan kebalikan dari Subnetting, dimana dalam hal ini penambahan jumlah Host dalam jaringan dilakukan dengan meminjam beberapa bit network untuk dijadikan bit Host dalam membentuk IP-Address pada Supernet, dengan memperhatikan jumlah Nomor Host yang akan digabung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar :  Proses Subnetting dan Supernetting.

Pengaturan IP-Address pada super jaringan (supernet) ada prosedurnya tersendiri, yaitu sebagai berikut :
Prosedur Supernetting
1.    Pada Supernet bit Host yang bernilai nol semua berfungsi sebagai Supernet Address,  bit Host yang bernilai satu semua berfungsi sebagai Broadcast Address.
2.    Pada proses netmasking, IP-Address untuk Supernet-mask ditentukan dengan mengganti semua bit Network  dengan bit 1, dan mengganti semua bit Host (termasuk bit Host yang dipinjam dari bit Network) dengan bit 0. Contohnya pembentukan supernet dari gabungan 4 buah jaringan Kelas-C dengan meminjam 2 bit Network, maka komposisi bit 1 dan bit 0 pada proses netmasking :
Sebelum Subnetting  : 110nnnnn.nnnnnnnn. nnnnnnnn.hhhhhhhh
Proses netmasking    : 11111111 . 11111111 . 11111111. 00000000
Subnet-mask  Kls-C :     255        .     255       .     255     .        0
Setelah Supernetting :   110nnnnn.nnnnnnnn. nnnnnnHH.hhhhhhhh
Proses netmasking    :   11111111.11111111.11111100.00000000
Supernet-mask          :       255    .      255    .      252     .        0
Untuk menghitung nilai desimal dari Subnet pada proses netmasking di atas, digunakan tabel konversi Biner (Tabel IX.1).

Contoh soal :
Enam buah jaringan Kelas-C dengan Nomor Network 192.168.32, 192.168.33, 192.168.34, 192.168.35, 192.168.36 dan 192.168.37,  yang masing-masing memiliki 254 Host, akan digabungkan membentuk suatu Supernet.
a.    Tentukan penambahan bit Host yang dibutuhkan, dan Supernet Mask dari gabungan jaringan tersebut !
b.    Tentukan jumlah Host maksimum yang bisa ditampung oleh Supernet tersebut !
c.    Tentukan Supernet ID (Address), Host Range dan Supernet Broadcast  untuk Supernet tersebut !

Jawab :
a.    Jumlah bit Host yang dibutuhkan untuk menggabungkan 6 buah jaringan :
–  untuk 2 bit dapat menggabungkan maksimum 4 jaringan ( 22 = 4 ).
–  untuk 3 bit dapat menggabungkan maksimum 8 jaringan ( 23 = 8 ).
Jadi jumlah bit Host tambahan yang diperlukan adalah 3 bit.
Sebelum Supernetting : 110nnnnn.nnnnnnnn. nnnnnnnn.hhhhhhhh
Setelah Supernetting    : 110nnnnn.nnnnnnnn.nnnnnHHH.hhhhhhhh
Proses netmasking         : 11111111 . 11111111 . 11111000 . 00000000
Supernet-mask     :       255     .       255     .       248     .        0
b.    Untuk Supernet dari kelas C dengan penambahan 3 bit Host, maka  :
jumlah Host maksimum yang bisa ditampung adalah :
2(8+n)  – 2  =  2(8+3)   – 2  = 2048-2 = 2046 Host.
c.    Supernet ID (Address), Host Range dan Subnet Broadcast  untuk gabungan jaringan tersebut, adalah  :
Supernet Address :  192 . 168. 8 . 0
(alternatif lain : 192.168.16.0; 192.168.24.0; 192.168….0;…; 192.168.248.0 )
Broadcast Add: 192.168.15.255
Catatan :  Yang dibentuk hanya sebuah Supernet.
Supernetmask     :  255 . 255 . 248 . 0

Supernet ID:    192.168.8.0
192.168.8.1
.
.
.
192.168.15.254
Broadcast    192.168.15.255
H o s t   Range         :     192 .  168.  8. 1   –  192 . 168.  8 . 255 = 255
192 . 168.  9. 0   –  192 . 168.  9 . 255 = 256
192 . 168. 10. 0  –  192 . 168. 10 . 255 = 256
192 . 168. 11. 0  –  192 . 168. 11 . 255 = 256
192 . 168. 12. 0  –  192 . 168. 12 . 255 = 256
192 . 168. 13. 0  –  192 . 168. 13 . 244 = 245 +
1524 host
Catatan: agar jumlah host bisa pas dipenuhi, maka bit yg terakhir bisa diubah-ubah sehingga menjadi pas…
Supernet Broadcast  :   192 . 168. 15 . 255
Host-range yang tersedia : 2046 IP-Address.
Host-range digunakan hanya : 6 x 254 = 1524 IP-Address.
Hasil dari proses Supernetting ini mengubah komposisi antara bit Network dengan bit Host, dengan demikian hal ini akan mempengaruhi nilai Network Address, Broadcast Address dan Subnetmask Jaringan.
Sebagai contoh untuk kasus di atas :
Host dengan IP-Address 192.168.12.81/21 adalah Host yang terdapat pada baris ke 5 dari supernet yang terbentuk. Network Address =   192.168.8.0 ;
Broadcast Address = 192.168.15.255 ;
Subnetmask Jaringan =  255.255.248.0
Hal ini bisa juga diperoleh melalui perhitungan sbb. :

Masking 21 bit untuk kelas-C :  192.168.12.81/21
IP-Address
192    168    12    81
1100000    10101000    00001100    0    1010001
Supernet Mask
255    255    248    0
11111111    11111111    11111000    00000000
Network Address
192    168    8    0
1100000    10101000    00001000    00000000
Broadcast Address
192    168    15    255
1100000    10101000    00001111    11111111
Gambar :  Perhitungan Supernet Mask.

Contoh perhitungan Supernet Mask untuk IP-Address lainnya :
Masking 13 bit untuk kelas-B :  144.132.28.49/13
IP-Address
144    132    28    49
10010000    10000100    00011100    0    0110001
Supernet Mask
255    248    0    0
11111111    11111000    00000000    00000000
Network Address
144    128    0    0
10010000    10000000    00000000    00000000
Broadcast Address
144    135    255    255
10010000    10000111    11111111    11111111

Masking 20 bit untuk kelas-C : 203.172. 45.112/20
IP-Address
203    172    45    112
10001011    10101100    00101101    0    1110000
Supernet Mask
255    255    240    0
11111111    11111111    11110000    00000000
Network Address
203    172    32    0
10001011    10101100    00100000    00000000
Broadcast Address
203    172    47    255
10001011    10101100    00101111    11111111
Gambar :  Perhitungan Supernet Mask untuk kelas-B dan kelas-C

IV.    VLSM
VLSM (Variable Length Subnet Mask)  adalah pengembangan mekanisme subneting, jdalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).
Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.
Dengan menggunakan variable-length subnetting, teknik subnetting dapat dilakukan secara rekursif: network identifier yang sebelumnya telah di-subnet-kan, di-subnet-kan kembali. Ketika melakukannya, bit-bit network identifier tersebut harus bersifat tetap dan subnetting pun dilakukan dengan mengambil sisa dari bit-bit host.
Tentu saja, teknik ini pun membutuhkan protokol routing baru. Protokol-protokol routing yang mendukung variable-length subnetting adalah Routing Information Protocol (RIP) versi 2 (RIPv2), Open Shortest Path First (OSPF), dan Border Gateway Protocol (BGP versi 4 (BGPv4). Protokol RIP versi 1 yang lama, tidak mendukungya, sehingga jika ada sebuah router yang hanya mendukung protokol tersebut, maka router tersebut tidak dapat melakukan routing terhadap subnet yang dibagi dengan menggunakan teknik variable-length subnet mask.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask. Dalam penerapan IP Address menggunakan metode VLSM agar tetap dapat berkomunikasi kedalam jaringan internet sebaiknya pengelolaan networknya dapat memenuhi persyaratan :
Routing protocol yang digunakan harus mampu membawa informasi mengenai notasi prefix untuk setiap rute broadcastnya (routing protocol : RIP, IGRP, EIGRP, OSPF dan lainnya, bahan bacaan lanjut protocol routing : CNAP 1-2).
Semua perangkat router yang digunakan dalam jaringan harus  mendukung metode VLSM yang menggunakan algoritma penerus packet informasi.

Adapun pengertian VLSM yang lain, yaitu VLSM (Variable Length Subnet Mask) adalah suatu teknik untuk mengurangi jumlah terbuang [ruang;spasi] alamat. Sebagai ganti memberi suatu kelas lengkap A, B atau C jaringan [bagi/kepada] suatu Admin, kita dapat memberi suatu subnet ke seseorang, dan dia dapat lebih lanjut membagi lebih lanjut membagi subnet ke dalam beberapa subnets. Oleh karena lebar dari subnet akan diperkecil, maka disebut dengan variable subnet length mask Jaringan yang berkaitan dengan router serial interface hanya mempunyai 2 alamat, oleh karena itu jika kita memberi suatu subnet, mungkin paling kecil adalah (/ 30) untuk itu.
Perhitungan IP Address menggunakan metode VLSM adalah metode yang berbeda dengan memberikan suatu Network Address lebih dari satu subnet mask, jika menggunakan CIDR dimana suatu Network ID hanya memiliki satu subnet mask saja, perbedaan yang mendasar disini juga adalah terletak pada pembagian blok, pembagian blok VLSM bebas dan hanya dilakukan oleh si pemilik Network Address yang telah diberikan kepadanya atau dengan kata lain sebagai IP address local dan IP Address ini tidak dikenal dalam jaringan internet, namun tetap dapat melakukan koneksi kedalam jaringan internet, hal ini terjadi dikarenakan jaringan internet hanya mengenal IP Address berkelas.

Penerapan VLSM
Contoh 1:
130.20.0.0/20
Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka didapat :
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah 4 maka jumlah subnet = (2x) = 24 = 16
Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20 ; dst… sampai dengan
Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :
–    Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai16 diambil dari hasil perhitungan subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16
–    Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini kita gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24 ; dst… sampai dengan
Blok subnet VLSM 1-16 = = 130.20.47/24
–    Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu 130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi8 blok kelipatan dari 32 sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27

Contoh 2 :
Diberikan Class C network 204.24.93.0/24, ingin di subnet dengan kebutuhan berdasarkan jumlah host: netA=14 hosts, netB=28 hosts, netC=2 hosts, netD=7 hosts, netE=28 hosts. Secara keseluruhan terlihat untuk melakukan hal tersebut di butuhkan 5 bit host(2^5-2=30 hosts) dan 27 bit net, sehingga:
netA (14 hosts): 204.24.93.0/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 16 hosts
netB (28 hosts): 204.24.93.32/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netC ( 2 hosts): 204.24.93.64/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 28 hosts
netD ( 7 hosts): 204.24.93.96/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 23 hosts
netE (28 hosts): 204.24.93.128/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
Dengan demikian terlihat adanya ip address yang tidak terpakai dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini mungkin tidak akan menjadi masalah pada ip private akan tetapi jika ini di alokasikan pada ip public(seperti contoh ini) maka terjadi pemborosan dalam pengalokasian ip public tersebut. Untuk mengatasi hal ini (efisiensi) dapat digunakan metoda VLSM, yaitu dengan cara sebagai berikut:
Buat urutan berdasarkan penggunaan jumlah host terbanyak (14,28,2,7,28 menjadi 28,28,14,7,2). Tentukan blok subnet berdasarkan kebutuhan host :
28 hosts + 1 network + 1 broadcast = 30 –> menjadi 32 ip ( /27 )
14 hosts + 1 network + 1 broadcast = 16 –> menjadi 16 ip ( /28 )
7 hosts + 1 network + 1 broadcast = 9 –> menjadi 16 ip ( /28 )
2 hosts + 1 network + 1 broadcast = 4 –> menjadi 4 ip ( /30 )
Sehingga blok subnet-nya menjadi :
netB (28 hosts): 204.24.93.0/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netE (28 hosts): 204.24.93.32/27 => ada 30 hosts; tidak terpakai 2 hosts
netA (14 hosts): 204.24.93.64/28 => ada 14 hosts; tidak terpakai 0 hosts
netD ( 7 hosts): 204.24.93.80/28 => ada 14 hosts; tidak terpakai 7 hosts
netC ( 2 hosts): 204.24.93.96/30 => ada 2 hosts; tidak terpakai 0 hosts

Field    Panjang    Keterangan
Version    4 bit    Digunakan untuk mengindikasikan versi dari header IP yang digunakan. Karena memiliki panjang 4 bit, maka terdapat 24=16 buah jenis nilai yang berbeda-beda, yang berkisar antara 0 hingga 15. Meskipun begitu hanya ada dua nilai yang bisa digunakan, yakni 4 dan 6, mengingat versi IP standar yang digunakan saat ini dalam jaringan dan Internet adalah versi 4 dan 6 merupakan singkatan dari versi selanjutnya (IPv6). Lihat situs web IANA untuk informasi mengenai field ini lebih lanjut.
Header length    4 bit    Digunakan untuk mengindikasikan ukuran header IP. Karena memiliki panjang 4 bit, maka terdapat 24=16 buah jenis nilai yang berbeda-beda. Field header length ini mengindikasikan bilangan double-word 32-bit (blok 4-byte) di dalam header IP. Ukuran terkecilnya adalah 5 (0x05), yang menunjukkan ukuran terkecil dari header IP yakni 20 byte. Dengan jumlah maksimum dari IP Options, ukuran header IP maksimum adalah 60 byte, yang diindikasikan dengan nilai 15 (0x0F).
Type of Service (TOS)    8 bit    Field ini digunakan untuk menentukan kualitas transmisi dari sebuah datagram IP. Ada dua jenis TOS yang didefinisikan, yakni pada RFC 791 dan RFC 2474. Hal ini akan dibahas pada seksi berikutnya.

Total Length    16 bit    Merupakan panjang total dari datagram IP, yang mencakup header IP dan muatannya. Dengan menggunakan angka 16 bit, nilai maksimum yang dapat ditampung adalah 65535 byte. Untuk datagram IP yang memiliki ukuran maksimum, field ini memiliki nilai yang sama dengan nilai maximum transmission unit yang dimiliki oleh teknologi protokol lapisan antarmuka jaringan.
Identifier    16 bit    Digunakan untuk mengidentifikasikan sebuah paket IP tertentu yang dikirimkan antara node sumber dan node tujuan. Host pengirim akan mengeset nilai dari field ini, dan field ini akan bertambah nilainya untuk datagram IP selanjutnya. Field ini digunakan untuk mengenali fragmen-fragmen sebuah datagram IP.
Flag    3 bit    Berisi dua buah flag yang berisi apakah sebuah datagram IP mengalami fragmentasi atau tidak. Meski berisi tiga bit, ada dua jenis nilai yang mungkin, yakni apakah hendak memecah datagram IP ke dalam beberapa fragmen atau tidak.
Fragment Offset    13 bit    Digunakan untuk mengidentifikasikan ofset di mana fragmen yang bersangkutan dimulai, dihitung dari permulaan muatan IP yang belum dipecah.
Time-to-Live (TTL)    8 bit    Digunakan untuk mengidentifikasikan berapa banyak saluran jaringan di mana sebuah datagram IP dapat berjalan-jalan sebelum sebuah router mengabaikan datagram tersebut. Field ini pada awalnya ditujukan sebagai penghitung waktu, untuk mengidentifikasikan berapa lama (dalam detik) sebuah datagram IP boleh terdapat di dalam jaringan. Adalah router IP yang memantau nilai ini, yang akan berkurang setiap kali hinggap dalam router.
Protocol    8 bit    Digunakan untuk mengidentifikasikan jenis protokol lapisan yang lebih tinggi yang dikandung oleh muatan IP. Field ini merupakan tanda eksplisit untuk protokol klien. Terdapat beberapa nilai dari field ini, seperti halnya nilai 1 (0x01) untuk ICMP, 6 (0x06) untuk TCP, dan 17 (0x11) untuk UDP (selengkapnya lihat di bawah). Field ini bertindak sebagai penanda multipleks (multiplex identifier), sehingga muatan IP pun dapat diteruskan ke protokol lapisan yang lebih tinggi saat diterima oleh node yang dituju.
Header Checksum    16 bit    Field ini berguna hanya untuk melakukan pengecekan integritas terhadap header IP, sementara muatan IP sendiri tidak dimasukkan ke dalamnya, sehingga muatan IP harus memiliki checksum mereka sendiri untuk melakukan pengecekan integritas terhadap muatan IP. Host pengirim akan melakukan pengecekan checksum terhadap datagram IP yang dikirimkan. Setiap router yang berada di dalam jalur transmisi antara sumber dan tujuan akan melakukan verifikasi terhadap field ini sebelum memproses paket. Jika verifikasi dianggap gagal, router pun akan mengabaikan datagram IP tersebut.

Karena setiap router yang berada di dalam jalur transmisi antara sumber dan tujuan akan mengurangi nilai TTL, maka header checksum pun akan berubah setiap kali datagram tersebut hinggap di setiap router yang dilewati.

Pada saat menghitung checksum terhadap semua field di dalam header IP, nilai header checksum akan diset ke nilai 0.
Source IP Address    32 bit    Mengandung alamat IP dari sumber host yang mengirimkan datagram IP tersebut, atau alamat IP dari Network Address Translator (NAT).

Destination IP Address    32 bit    Mengandung alamat IP tujuan ke mana datagram IP tersebut akan disampaikan, atau yang dapat berupa alamat dari host atau NAT.
IP Options and Padding    32 bit    [place holder

1. Program
Membuat program untuk menghitung cara kerja kasir secara otomatis pada sebuah rumah makan dengan rumus seperti di bawah ini :
    Total = (Harga paket makanan x jumlah porsi) + {(tambahan1 x jumlah     porsi) + (tambahan2 x jumlah porsi) + (tambahan3 x jumlah         porsi)}

Ketentuan paket dan harga setiap paket :
1.    Paket Hemat    :    Rp5.000,00
2.    Paket Mantap    :    Rp10.000,00
3.    Paket Jumbo    :    Rp15.000,00
4.    Double Jumbo    :    Rp20.000,00
5.    Paket Family    :    Rp45.000,00

Ketentuan paket tambahan dan harga setiap tambahan :
1.    Nasi Putih    :    Rp2.000,00
2.    Es Teh / Jeruk    :    Rp2.000,00
3.    Aneka Jus    :    Rp5.000,00

Catatan :
Hanya bisa memilih paket dan tambahan yang telah tersedia. Jika memilih paket yang tidak ada dalam daftar menu maka otomatis akan keluar perintah yang berbunyi, “Anda Hanya Bisa Memilih Paket Yang Sudah Tersedia. (Pilih 1-5)!!!”.

2.    Alogaritma

1.    Memulai program.
2.    Membuat program dengan memasukkan pilihan-pilihan dengan menggunakan fungsi switch case.
3.    Mencetak judul program.
4.    Mencetak header table.
5.    Membuat pilihan-pilihan yang akan digunakan, dan didalam pilihan berisi :
a.    Pilihan paket utama :
•    Paket Hemat    :    Rp5.000,00
•    Paket Mantap    :    Rp10.000,00
•    Paket Jumbo    :    Rp15.000,00
•    Double Jumbo    :    Rp20.000,00
•    Paket Family    :    Rp45.000,00
b.    Pilihan paket tambahan :
•    Nasi Putih    :    Rp2.000,00
•    Es Teh / Jeruk    :    Rp2.000,00
•    Aneka Jus    :    Rp5.000,00
6.    Meminta input pilihan yang telah tersedia, dengan syarat :
a.    Jika tidak memilih yang ada pada pilihan, maka program otomatis terputus.
b.    Jika memilih dengan benar, maka akan dilanjutkan ke tahap 6.
7.    Meminta masukan jumlah porsi yang telah di minta.
8.    Memberi masing-masing nilai pada paket, sebagai berikut :
•    Porsi Nasi Putih    =    np
•    Porsi Es Teh/Jeruk    =    etj
•    Porsi Aneka Jus    =    aj
•    Porsi utama    =    P
9.    Memberi rumus pada masing-masing paket utama, sebagai berikut :
•    Paket Hemat    :    (5000 x P) + {(2000 x np) + (2000 x etj) + (5000 x aj)}
•    Paket Mantap    :    (10000 x P) + {(2000 x np) + (2000 x etj) + (5000 x aj)}
•    Paket Jumbo    :    (15000 x P) + {(2000 x np) + (2000 x etj) + (5000 x aj)}
•    Double Jumbo    :    (20000 x P) + {(2000 x np) + (2000 x etj) + (5000 x aj)}
•    Paket Family    :    (45000 x P) + {(2000 x np) + (2000 x etj) + (5000 x aj)}
10.    Mencetak penutup table.
11.    Program selesai.

3.    Flowchart
flowchart program rumah makan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.    Program Listing

#include<iostream.h>
#include<conio.h>
#include<math.h>
main()
{
int Pilihan;
double P,np,Tot,etj,aj;
clrscr();
cout<<“Selamat Datang di Resto Murah Tapi Mantap\n”;
cout<<“—————————————–\n”;
cout<<“\n”;
cout<<“Daftar Menu Makanan\n”;
cout<<“~~~~~~~~~~~~~~~~~~~\n”;
cout<<“1.Paket Hemat\n”;
cout<<“2.Paket Mantap\n”;
cout<<“3.Paket Jumbo\n”;
cout<<“4.Double Jumbo\n”;
cout<<“5.Paket Family\n”;
cout<<“——————-\n”;
cout<<“Masukkan Menu Makanan : “;cin>>Pilihan;
cout<<“——————-\n”;
switch(Pilihan)
{
case 1:
cout<<“Paket Hemat\n”;
cout<<“~~~~~~~~~~~\n”;
cout<<“Harga : Rp5.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>P;
cout<<“————–\n”;
int Tambahan;
cout<<“1.Nasi Putih\n”;
cout<<“2.Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“3.Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Tambahan : “;cin>>Tambahan;
switch(Tambahan)
{
case 1:
cout<<“Nasi Putih\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>np;
break;
case 2:
cout<<“Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>etj;
break;
case 3:
cout<<“Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp5.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>aj;
}
cout<<“————–\n”;
Tot=(5000*P)+((2000*np)+(2000*etj)+(5000*aj));
cout<<“Total = Rp”<<Tot<<“,00\n”;
cout<<“\n”;
cout<<“Terima Kasih Telah Mengunjungi Rumah Makan Kami\n”;
cout<<“_______________________________________________\n”;

break;
case 2:
cout<<“Paket Mantap\n”;
cout<<“~~~~~~~~~~~~\n”;
cout<<“Harga : Rp10.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>P;
cout<<“————–\n”;
cout<<“1.Nasi Putih\n”;
cout<<“2.Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“3.Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Tambahan : “;cin>>Tambahan;
switch(Tambahan)
{
case 1:
cout<<“Nasi Putih\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>np;
break;
case 2:
cout<<“Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>etj;
break;
case 3:
cout<<“Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp5.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>aj;
}
cout<<“————–\n”;
Tot=(10000*P)+((2000*np)+(2000*etj)+(5000*aj));
cout<<“Total = Rp”<<Tot<<“,00\n”;
cout<<“\n”;
cout<<“Terima Kasih Telah Mengunjungi Rumah Makan Kami\n”;
cout<<“_______________________________________________\n”;

break;
case 3:
cout<<“Paket Jumbo\n”;
cout<<“~~~~~~~~~~~~\n”;
cout<<“Harga : Rp15.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>P;
cout<<“————–\n”;
cout<<“1.Nasi Putih\n”;
cout<<“2.Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“3.Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Tambahan : “;cin>>Tambahan;
switch(Tambahan)
{
case 1:
cout<<“Nasi Putih\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>np;
break;
case 2:
cout<<“Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>etj;
break;
case 3:
cout<<“Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp5.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>aj;
}
cout<<“————–\n”;
Tot=(15000*P)+((2000*np)+(2000*etj)+(5000*aj));
cout<<“Total = Rp”<<Tot<<“,00\n”;
cout<<“\n”;
cout<<“Terima Kasih Telah Mengunjungi Rumah Makan Kami\n”;
cout<<“_______________________________________________\n”;

break;
case 4:
cout<<“Double Jumbo\n”;
cout<<“~~~~~~~~~~~~\n”;
cout<<“Harga : Rp20.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>P;
cout<<“————–\n”;
cout<<“1.Nasi Putih\n”;
cout<<“2.Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“3.Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Tambahan : “;cin>>Tambahan;
switch(Tambahan)
{
case 1:
cout<<“Nasi Putih\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>np;
break;
case 2:
cout<<“Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>etj;
break;
case 3:
cout<<“Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp5.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>aj;
}
cout<<“————–\n”;
Tot=(20000*P)+((2000*np)+(2000*etj)+(5000*aj));
cout<<“Total = Rp”<<Tot<<“,00\n”;
cout<<“\n”;
cout<<“Terima Kasih Telah Mengunjungi Rumah Makan Kami\n”;
cout<<“_______________________________________________\n”;

break;
case 5:
cout<<“Paket Family\n”;
cout<<“~~~~~~~~~~~~\n”;
cout<<“Harga : Rp45.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>P;
cout<<“————–\n”;
cout<<“1.Nasi Putih\n”;
cout<<“2.Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“3.Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Tambahan : “;cin>>Tambahan;
switch(Tambahan)
{
case 1:
cout<<“Nasi Putih\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>np;
break;
case 2:
cout<<“Es Teh/Jeruk\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp2.000,00\n”;
cout<<“Porsi : “;cin>>etj;
break;
case 3:
cout<<“Aneka Jus\n”;
cout<<“————–\n”;
cout<<“Harga : Rp5.000,00”;
cout<<“Porsi : “;cin>>aj;
}
cout<<“————–\n”;
Tot=(45000*P)+((2000*np)+(2000*etj)+(5000*aj));
cout<<“Total = Rp”<<Tot<<“,00\n”;
cout<<“\n”;
cout<<“Terima Kasih Telah Mengunjungi Rumah Makan Kami\n”;
cout<<“_______________________________________________\n”;

break;
default :
cout<<“Anda Hanya Bisa Memilih Paket Yang Sudah Tersedia. (Pilih 1-5)!!!\n”;
break;
}
getch();
}

5.    Tampilan Program

hasil program

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

hasil program