II.1 Lingkungan Hidup
Secara khusus, kita sering menggunakan istilah lingkungan hidup untuk menyebutkan segala sesuatu yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup segenap makhluk hidup di bumi. Adapun berdasarkan UU No. 23 Tahun 1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.
Unsur-unsur lingkungan hidup dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1. Unsur Hayati (Biotik)
Unsur hayati (biotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari makhluk hidup, seperti manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan jasad renik. Jika kalian berada di kebun sekolah, maka lingkungan hayatinya didominasi oleh tumbuhan. Tetapi jika berada di dalam kelas, maka lingkungan hayati yang dominan adalah teman-teman atau sesama manusia.
2. Unsur Sosial Budaya
Unsur sosial budaya, yaitu lingkungan sosial dan budaya yang dibuat manusia yang merupakan sistem nilai, gagasan, dan keyakinan dalam perilaku sebagai makhluk sosial. Kehidupan masyarakat dapat mencapai keteraturan berkat adanya sistem nilai dan norma yang diakui dan ditaati oleh segenap anggota masyarakat.
3. Unsur Fisik (Abiotik)
Unsur fisik (abiotik), yaitu unsur lingkungan hidup yang terdiri dari benda-benda tidak hidup, seperti tanah, air, udara, iklim, dan lain-lain. Keberadaan lingkungan fisik sangat besar peranannya bagi kelangsungan hidup segenap kehidupan di bumi. Bayangkan, apa yang terjadi jika air tak ada lagi di muka bumi atau udara yang dipenuhi asap? Tentu saja kehidupan di muka bumi tidak akan berlangsung secara wajar. Akan terjadi bencana kekeringan, banyak hewan dan tumbuhan mati, perubahan musim yang tidak teratur, munculnya berbagai penyakit, dan lain-lain.
Secara umum Indonesia berada di daerah tropis yang terletak pada posisi diantara dua benua, Benua Asia dan Benua Australia, serta dua samudera, Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia. Atau disebut juga Indonesia terbentang dari Tropics of Cancer di Belahan Bumi Utara hingga Tropic of Capricorn di Belahan Bumi Selatan. Di dalam wilayah ini tidak ditemui adanya musim dingin. Selain itu di wilayah ini juga ditandai dengan adanya suhu rata-rata diatas muka laut > 18 oC dalam bulan terdingin. Tepatnya secara geografis wilayah Indonesia disebut sebagai maritime continent yang terletak dalam luasan antara 06º 05’ LU – 10º 25’ LS dan 95º 06’ – 143º 41’ BT.
Untuk mempelajari sistem cuaca Indonesia yang unik dan komplek kita perlu memperhitungkan sistem peredaran umum atmosfir Indonesia. Dua komponen peredaran umum yang ikut mempengaruhi sistem cuaca Indonesia yaitu peredaran utara selatan (meridional) yang disebut sebagai peredaran Hadley (sirkulasi Hadley) yang wujudnya dikenal sebagai monsun (angin musim). Monsun Asia Musim Dingin umumnya berkaitan erat dengan musim hujan di Indonesia, sedangkan monsun Australia Musim Dingin bertalian erat dengan terjadinya musim kemarau di wilayah Indonesia. Dan peredaran barat timur (zonal) yang lazim disebut sebagai peredaran Walker (Sirkulasi Walker). Selain itu fenomena global seperti El-Nino dan La-Nina yang bersumber di lautan Pasifik serta Dipole Mode Event (DME) yang bersumber di lautan Hindia yang akhir akhir-akhir ini makin kerap terjadi ikut mempengaruhi kondisi cuaca/iklim Indonesia.
Proses hidup organisme dimuka Bumi ini dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan terdiri dari faktor biotik (biotic factor) dan faktor abiotik (abiotic factor), faktor abiotik terdiri dari faktor tanah dan faktor cuaca/iklim di atmosfir. Faktor genetis tanaman dan hewan dengan tingkat teknologi yang ada telah dapat direkayasa manusia, demikian juga faktor tanah, tanah-tanah tidak produktif telah dapat dimanfaatkan manusia dengan berbagai masukan teknologi. Namun faktor cuaca/iklim hingga dewasa ini belum mampu direkayasa manusia kecuali dalam skala mikro seperti pembuatan rumah kaca. Setiap organisme kehidupannya telah tertentu keadaan cuaca/iklim yang sesuai, dengan demikian jika terjadi perubahan pada unsur cuaca/iklim tersebut jelas akan berdampak negative terhadap organisme tersebut.
Sejak tahun 1950-an masalah lingkungan telah mendapat perhatian masyarakat, yang dipicu oleh terjadinya pencemaran limbah industri dan pertambangan serta pestisida oleh air raksa (Hg) dan cadmium (Cd) dari limbah industri di Jepang. Pencemaran tersebut telah menyebabkan penyakit minamata akibat mengkonsumsi ikan yang ditangkap diteluk Minamata yang tercemar Hg, dan penyakit ital-ital akibat mengkonsumsi beras dari lahan sawah di Jepang yang tercemar Cd.
Tahun 1969 masyarakat Amerika telah bereaksi menentang terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan aktivitas manusia. Reaksi ini mencapai keadaan ekstrim sampai menimbulkan sikap yang menentang pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Para aktivis lingkungan menjadi lawan bagi perencana pembangunan pada masa itu. Akhirnya di Amerika muncul AMDAL sebagai syarat mutlak izin mendirikan pembangunan dengan penggunaan teknologi canggih, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai penentang atau penghambat pembangunan. Ironisnya karena persyaratan AMDAL cukup berat akhirnya negara maju berupaya memindahkan penanaman modalnya dalam Industri teknologi tinggi ke negara yang sedang berkembang. Negara berkembang memang membutuhkan pembangtunan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan belum banyak menyadari kerusakan lingkungan sebagai dampak dari pembangunan tersebut (terutama kerusakan lingkungan Amosfir dan Tanah serta Air).
Energi radiasi matahari yang sampai kebumi sebagian besar berupa radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini sampai kepermukaan bumi, energi ini berubah dari cahaya menjadi panas dan menghangatkan bumi. Permukaan bumi akan memantulkan kembali sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa, sebagiannya tetap terperangkap di atmosfir bumi. Gas-gas tertentu di atmosfir termasuk uap air, CO2, CH4 menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi yang dipancarkan bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan bumi. Gas-gas tersebut berfungsi sebagai kaca dalam rumah kaca, mampu ditembus radiasi gelombang pendek tetapi tidak mampu ditembus radiasi gelombang panjang, sehingga gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfir, semakin banyak panas yang terperangkap dibawahnya.
Semua kehidupan di bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya planet ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi bila gas-gas ini semakin banyak di atmosfir, akibatnya adalah pemanasan bumi yang terus berlanjut. Dari berbagai laporan menyebutkan yang tergolong gas-gas rumah kaca selain Uap air, CO2 dan CH4 termasuk juga N2O, CFC, CO, NOx, juga gas-gas organik non metan yang volatil (mudah menguap), yang umumnya bersumber dari penggunaan bahan bakar fosil.
II.2 Perubahan Wajah Bumi
Manusia tidak memperlakukan bumi secara halus. Kenyataannya, akibat aktifitas manusia secara demikian hebatnya sehingga hanya dalam beberapa abad permukaan bumi telah berubah di banyak tempat, sehingga bentuk aslinya sangat sukar dibayangkan, apalagi untuk diperbaiki. Perubahan-perubahan ini akibat dari bertambahnya jumlah manusia, peningkatan kesejahteraan dan teknologi.
Hal ini di dilihat dari banyaknya hutan yang rusak akibat penebangan dan juga adanya kebakaran hutan yang akhir-akhir ini sudah tidak terkendali. Dapat dibenarkan bahwa negara-negara berkembang dan negara-negara industri adalah sumber utama dari bahan pencemaran atmosfir serta perubahan cuaca dan iklim. Negara-negara berkembang umumnya berpenduduk padat, sedang melaksanakan pembangunan yang selanjutnya menggunakan energi yang semakin meningkat. Suatu hal yang pasti dinegara-negara tersebut adalah pembukaan hutan, penambah luas pertanian, pemukiman, jalan, kawasan industri dan lain sebagainya.
Yang lebih penting lagi adalah letak negara negara berkembang tersebut di wilayah tropis yang rnempunyai jenis hutan tertentu yang sangat penting dalam penataan keseimbangan lingkungan global. Menurut beberapa ahli, bahwa ada dua jenis perubahan yang paling mempengaruhi lingkungan global, perubahan cara manusia memanfaatkan tanah, terutama untuk pertanian dan perubahan kemampuan industri. Hal ini terlihat dari perubahan vegetasi yang menutupi muka bumi.
Selama tiga abad yang lalu, dengan meningkatnya penggunaan tanah untuk pertanian serta dengan meningkatnya ekonomi global, manusia cenderung untuk meningkatkan kegunaan tanah untuk memenuhi kebutuhannya. Kerugian pembabatan hutan karena ulah manusia sejak penebangan pohon oleh manusia 15 sampai 20 persen dari keseluruhan daerah hutan di dunia atau sekitar 8 juta km persegi.
Beberapa perubahan secara drastis telah mengubah permukaan bumi, seperti juga mengubah keseimbangan energi, perputar an hidrolis, pembentukan gas-gas ke atmosfir serta vegetasi. Perkembangan industri juga memiliki akibat yang besar pada skala global, melalui polutan-polutan dan material-material lainnya yang dilepaskan ke biosfer, atmosfir dan samudera. Perkembangan industri selain telah mempengaruhi kesejahteraan manusia secara luas, tetapi juga telah menimbulkan efek sampingan yang tidak diharapkan.
Klorofluorokarbon (CFC) telah ditemukan sekitar 1930 dan disambut sebagai altematif yang lebih aman dari amoniak atau zat-zat pendingin lainnya. Tidak seorang pun yang dapat memperkirakan reaksi tidak langsung dari bahan-bahan yang kelihatan aman, stabil dan jauh lebih murah ini terhadap lingkungan global, jika CFC naik ke atmosfir yang lebih tinggi atau stratosfir, mereka melepaskan klor bebas yang kemudian mempercepat penguraian ozon, lapisan yang melindungi bumi dari radiasi sinar ultra violet.
Energi sangatlah penting bagi perkembangan industri. Gas alam, yang sekarang ini menghasilkan sekitar seperlima energi komersial dunia, menimbulkan lebih sedikit polutan dan lebih sedikit karbon dioksida dari pada bahan bakar minyak bumi lainnya. Sekarang, bahan bakar minyak bumi ( bensin, gas alam dan batubara ) mensuplai 88% dari energi komersial dunia, sedang energi nuklir menyediakan sisanya. Dibanyak negara miskin, bahan bakar non komersial seperti kayu, kotoran hewan dan sisa-sisa panen masih menghasilkan banyak energi untuk memasak dan pemanas. Jelasnya, masa depan lingkungan global bergantung dari besarnya tingkat sumber- sumber energi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang serta besarnya energi yang digunakan. Berikut adalah salah satu gambaran permukaan bumi yang telah kita rampas.
II.3 Kerusakan Alam Akibat Ulah Manusia
Manusia sebagai penguasa lingkungan hidup di bumi berperan besar dalam menentukan kelestarian lingkungan hidup. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi mampu merubah wajah dunia dari pola kehidupan sederhana sampai ke bentuk kehidupan modern seperti sekarang ini. Namun sayang, seringkali apa yang dilakukan manusia tidak diimbangi dengan pemikiran akan masa depan kehidupan generasi berikutnya. Banyak kemajuan yang diraih oleh manusia membawa dampak buruk terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Diskusi mengenai faktor manusia sebagai penyebab perubahan lingkungan global tidak akan lengkap tanpa menyinggung jumlah manusia yang bermukim dibumi. Antara tahun 1950 dan 1987, populasi global telah menjadi dua kali lipat jumlahnya , dari 2,5 millar menjadi 5 milliar. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan bahwa pada tahun 2025 jumlah manusia akan mencapai 8,5 milliar. 95% dari pertumbuhan populasi akan lahir di negara-negara berkembang. Tetapi pertambahan manusia yang memanfaatkan Iingkungan tidak semata-mata bergantung pada jumlahnya. Mereka juga menggambarkan bagaimana bentuk kehidupan manusia dan masyarakat yang menggunakan sumber-sumber alam. Masyarakat menggunakan udara, air dan tanah sebagai penyimpanan limbah produksi dari industri yang menghasilkan barang -barang yang dikonsumsi mereka. Mereka menggunakan bahan bakar untuk mobil, pemanas rumah dan sumber tenaga bagi industri. Mereka merubah bahan-bahan baku seperti kayu dan metal menjadi benda-benda konsumsi. Jika sumber-sumber alam ini digunakan dengan cara-cara yang menghasilkan polutan yang berlebih-lebihan, pembabatan atau pembakaran hutan, makin banyak masyarakat menggunakannya untuk memuaskan standar hidup mereka, semakin besar pula kerusakan yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Karbondioksida adalah gas rumah kaca utama sebagai akibat pembakaran minyak bumi yang digunakan untuk energi yang dihasilkan secara tidak proporsional sebagai hasil dari penggunaan energi dinegara- negara industri. Sekitar 40% dari karbondioksida yang terbentuk di atmosfir dihasilkan oleh tujuh negara kaya di Amerika Utara dan Eropa Barat. Ketujuh negara kaya ini hanya memiliki 11% dari keseluruhan populasi dunia.
Jumlah manusia dan tingkat kekayaannya secara jelas telah mempengaruh keadaan lingkungan, jenis teknologi yang digunakan menentukan banyaknya polusi yang dihasilkan atau jenis dan berapa banyak bahan baku yang digunakan. Kelanjutan perkembangan industri secara serius telah berdampak bagi lingkungan global di masa depan, terutama jika negara- negara yang sedang berkembang mengadopsi teknologi terdahulu yang menghasilkan lebih banyak polusi dan mengkonsumsi lebih banyak energi dari pada lebih banyak teknologi modern. Jelasnya pertumbuhan ekonomi dibutuhkan untuk menghilangkan lingkaran kemiskinan dan tingginya angka kelahiran yang dengan sendirinya menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius terhadap tanah, air, hutan-hutan dan kehidupan satwa di banyak negara yang sedang berkembang.
Beberapa bentuk kerusakan lingkungan hidup karena faktor manusia, antara lain:
a. Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri.
b. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan.
c. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan.
Beberapa ulah manusia yang baik secara langsung maupun tidak langsung membawa dampak pada kerusakan lingkungan hidup antara lain:
a. Penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan).
b. Perburuan liar.
c. Merusak hutan bakau.
d. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman.
e. Pembuangan sampah di sembarang tempat.
f. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS).
g. Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
II.4 Dampak Terhadap Iklim dan Atmosfer
Perubahan iklim, global warming, memang jadi materi yang tak ada habisnya untuk dibahas. Lihat saja bagaimana tak menentunya iklim saat ini. Apakah ini pengaruh alam yang sedang bergolak atau adakah pengaruh manusia di dalamnya?
Laju degradasi kualitas dan kuantitas lingkungan berlangsung sangat cepat dan telah mengkhawatirkan. Salah satu penyebabnya, buruknya pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan eksploitasi komersil secara besar-besaran menjadi penyebab kerusakan sumber-sumber kehidupan yang ada di bumi. Sampai Juli 2008 tidak sedikit informasi kemarahan alam karena kerusakannya, banjir dan tanah longsor di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera Utara, angin puting beliung, kekeringan yang melanda Jawa Tengah, Jawa Timur, NTT, NTB, dan lain-lain yang secara nyata telah merugikan harta benda dan nyawa masyarakat dan negara yang tidak ternilai harganya. Banyak pihak yang menyadari hal tersebut tapi sangat sedikit yang peduli dan berani mengatakan “hentikan perusakan lingkungan”. Kegiatan eksploitasi lingkungan yang hanya memberikan sedikit manfaat dari segelintir orang harus dibayar mahal oleh negara ini, dan sudah saatnya kebodohan ini dilarang dan dihentikan dengan segera. Tidak ada yang membantah, banjir dan longsor disebabkan karena curah hujan tinggi. Hujan akan turun ketika angin membawa uap air yang disebut awan. Jika terjadi hujan abnormal dan daya dukung lingkungan rendah, maka hujan dapat menyebabkan bencana. Jika terjadi kerusakan satu komponen lingkungan akan mempengaruhi komponen lingkungan yang lain. Kerusakan hutan akan berdampak pada menurunnya tingkat kesuburan tanah, erosi, longsor, suhu udara semakin tinggi, tiupan angin semakin kencang, penguapan dari tanah dan air meningkat, perubahan suhu, dan peningkatan curah hujan. Perubahan iklim yang abnormal seperti saat ini, yang tidak jelas batas musim hujan dan musim kemarau merupakan bukti nyata kegagalan pengelolaan lingkungan di Bumi ini.
Pada saat ini, Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap disebabkan aktivitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang melepas CO2 dan gas-gas lainnya seperti CO, N2O, NOx, SO2, kegiatan manusia lainnya juga menghasilkan CFC dari AC dan gas Aerosol (seperti untuk kecantikan dan minyak wangi), serta aktivitas pengolahan gambut juga menghasilkan CH4, yang semuanya dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfir. Ketika atmosfir semakin kaya akan gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak energi panas yang dipantulkan bumi.
Dalam laporan yang dikeluarkan tahun 2001, Intergovermenal Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global telah meningkat 0,6 oC sejak tahun 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfir. IPCC memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4-5,8 oC pada tahun 2100. Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian utara dari belahan bumi utara (BBU) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis , bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mancair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat. Pemanasan global (global warming) adalah peningkatan secara gradual suhu permukaan global akibat efek emisi gas rumah kaca (terutama CO2) dari aktivitas manusia (antropogenik). Akibat pemanasan global terjadinya perubahan iklim (climate change).
Perubahan iklim dapat mencairkan es di kutub, terjadi perubahan arah dan kecepatan angin, meningkatkan badai atmosfir, seperti angin puting beliung, gelombang pasang, meningkatkan intensitas petir, perubahan pola tekanan udara, perubahan pola curah hujan (banjir dan longsor serta kekeringan), dan siklus hidrologi, serta perubahan ekosistem, hingga bertambahnya jenis organisme penyebab penyakit. Dampak dari banjir dan longsor terjadi erosi yang merusak lahan-lahan subur, terjadinya sedimentasi di sungai, danau dan laut, pendangkalan sungai yang makin mempermudah banjir. Kenaikan permukaan air laut baik oleh sedimentasi maupun oleh mencainya es di kutub, akan terjadi intrusi air laut. Intrusi berakibat air tanah menjadi asin yang dapat merusak tanah dan tanaman. Yang lebih mengerikan lagi laut akan merendam lahan pertanian di dataran rendah serta pemukiman penduduk.. Penyebab pemanasan global dan perubahan iklim adalah meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfir oleh penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas dan batubara. Serta diperparah oleh perubahan lingkungan, rusaknya hutan, tidak adanya kawasan penyangga baik dipantai maupun di daratan.
Pemanasan global dan perubahan iklim sangat sulit untuk dihambat namun dampaknya dapat diperlambat terhadap lingkungan bumi. Mitigasinya (pencegahan) kurangi penggunaan bahan bakar fosil. Hentikan penebangan hutan, hutankan kembali kawasan yang telah rusak dan daerah pantai. Lakukan adaptasi disemua sektor terhadap lingkungan iklim yang telah berubah. CFC yang dihasilkan dari aktivitas manusia, seperti pengguanaan AC, aerosol, bom, dalam peperangan, pesawat jet supersonik, uji coba senjata nuklir, dapat merusak Ozon di atmosfir, rusaknya ozon dapat merubah kualitas dan kuantitas solar radiasi. Selain itu rusaknya ozon akan bertambahnya sinar ultra violet yang sampai kebumi yang akan meningkatkan suhu bumi, dapat meningkatkan penyakit katarak pada mata, kangker kulit. Berubahnya kualitas dan kuantitas solar radiasi dapat menyebabkan iklim menjadi tidak normal, tejadinya degradasi energi matahari yang pada akhirnya dapat merubah ekosistem, spesies tanaman dan hewan, yang akhirnya akan merubah produksi pertanian yang akan berdampak destabilisasi produk hasil pertanian. Asam belerang (SO2) dapat menyebabkan hujan asam, yang dapat meningkatkan kemasaman tanah yang akhirnya tejadi degradasi tanah dan degradasi air. Yang pada akhirnya akan merubah ekosistem. Selain itu hujan asam dapat menyebabkan penyakit pada manusia seperti penyakit batuk, tulang dan buah pinggang. Air laut dan sungai yang menjadi asam dapat membunuh akuatik air seperti ikan, Vegetasi tertentu akan mati, mempercepat usia bangunan dan cat serta merusakkan semua bahan yang terbuat dari besi. Dari hasil pengamatan di Medan, ternyata air hujan di Medan telah asam, Karbon Dioksida (CO2) dapat menyebabkan pemanasan global, akan meningkatkan suhu udara dan meningkatkan suhu tanah sehingga iklim tidak normal dan terjadinya degradasi tanah yang akan merubah ekosistem. CFC, SO2 dan CO2 diatmosfir akan menyebabkan efek rumah kaca (green hause effect =GHE) yang menyebabkan pemanasan global dan penyimpangan iklim.
Hasil penelitian terbaru dari NASA menunjukan perbuatan manusia dalam kaitan dengan perubahan iklim telah memberi dampak yang sangat luas terhadap sistem alam, termasuk pencairan lapisan es, mekarnya tanaman lebih cepat di Eropa, dan turunnya produktivitas danau di Afrika. Penelitian yang dilakukan oleh Cynthia Rosenzweig dari NASA’s Goddard Institute for Space Science di New York beserta para peneliti dari 10 institusi yang berbeda ini mencoba membuat hubungan dampak secara fisik maupun biologi yang terjadi sejak tahun 1970 bersamaan dengan meningkatnya temperatur sepanjang periode tersebut. Hasilnya, pemanasan yang terjadi secara luas memang berasal dari dampak ulah manusia di seluruh Bumi.
Penelitian ini merupakan yang pertama kali untuk mempelajari hubungan antara set data temperatur global yang ada, hasil model iklim, dan melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi dalam skala luas terhadap sistem fisis dan biologi untuk menunjukan keterkaitannya antara aktivitas manusia, iklim dan dampaknya.
Hasil pengamatan menunjukan, ada hubungan antara perbuatan manusia dengan perubahan iklim dan pengamatan terhadap dambak di Bumi juga menunjukan kebenaran yang sama dalam skalan kontinental, umumnya di Amerika Utara, Eropa dan Asia.Untuk sampai pada kesimpulan hubungan tersebut, dilakukan analisa database lebih dari 29 000 seri data yang didapat dari hasil pengamatan terhadap dampak yang terjadi di sistem alam di Bumi. Data tersebut dikumpulkan dari 80 studi dalam rentang 20 tahun dari 1970 -2004. Dampak yang diamati dalam penelitian ini adalah perubahan dalam sistem fisis sperti glacier yang makin menipis, pencairan dataran es, dan makin hangatnya danau dan sungai. Akibat lainnya juga terjadi pada sistem biologi, seperti daun yang kembali muncul dan bunga yang bermekaran lebih cepat, burung-burung tiba lebih cepat dalam periode migrasi, serta tumbuhan dan hewan yang berpindah dari kutub ke kutub dalam jumlah yang lebih besar. Dalam lingkungan yang kaya air seperti lautan, danau dan sungai, plankton dan ikan juga mulai bergeser dari kondisi adaptasi dingin kini harus bisa beradaptasi dengan air yang lebih hangat.
Karena iklim merupakan rata-rata dari cuaca maka unsur-unsur iklim sama dengan unsur-nsur cuaca. Unsur-unsur cuaca/iklim tersebut satu sama lain saling mempengaruhi dan saling mengendalikan. Sebagai unsur pengendali cuaca/iklim antara lain:
1. Radiasi matahari
2. Suhu udara
3. Kelembaban udara (Relative Humidity= RH)
4. Tekanan udara
5. Angin
6. Ketinggian tempat (elevasi)
7. Penyebaran daratan dan lautan
8. Gangguan-gangguan atmosfir
9. Fenomena-fenomena iklim global, dsb.
Disiang bolongpun sering muncul yang mematahkan pepatah kuno “ibarat petir disiang bolong”. Dampak yang pasti telah banyak dirasakan masyarakat angin puting beliung memporak porandakan rumah masyarakat. Akibat pemanasan global lapisan troposfir semakin tebal yang kemampuannya menampung uap air semakin tinggi, dengan dibarengi oleh suhu yang semakin tinggi penguapan akan semakin meningkat. Makin tinggi penguapan walaupun curah hujan normal air tanah lebih banyak menguap dan air tanah tidak cukup lagi untuk tanaman. Yang paling merisaukan adalah distribusi curah hujan makin tidak menentu, ada daerah menjadi lebih kering, dan ada daerah menjadi lebih basah sehingga berpeluang muncul bencana banjir. Dampak lain adalah air tanah makin berkurang, sedangkan pengambilan oleh manusia makin meningkat sehingga permukaan air tanah menurun yang dapat mencapai lebih rendah dari permukaan air laut, yang akan terjadi adalah intrusi air laut, sehingga air tanah menjadi asin lahan menjadi rusak, tidak sesuai lagi untuk berbagai jenis tanaman yang akan menurunkan produksi, serta membunuh berbagai satwa mikro tanah yang tidak toleran dengan kondisi asin.
II.5 Keterkaitan Agama dan Alam
Secara umum, agama-agama samawi memiliki pandangan yang sama mengenai perlindungan terhadap alam semesta. Agama-agama samawi menyatakan bahwa bumi dan segala segala sesuatu yang tersimpan di dalamnya diciptakan Tuhan untuk manusia. Allah SWT berfirman, (Al-Baqarah: 29): “Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menciptakan langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.”
Eksploitasi alam secara berlebihan dan tanpa aturan dan pertimbangan yang matang akan menyebabkan krisis lingkungan. Hal ini sesuai dengan aturan Islam, sebagaimana tercantum dalam QS. Al Hijr: 19, “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.”
Tuhan menyebut alam lingkungan sebagai nikmat besar yang diberikan-Nya untuk manusia agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupannya secara benar., Allah berfirman (dalam QS. Jaatsiyah: 13), “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi, semuanya berasal dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Tuhan di muka bumi memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memanfaatkan alam semesta bagi kehidupannya, baik di bumi, maupun di langit.
Selain berhak memanfaatkan alam semesta, manusia juga diberi tanggung jawab untuk menjaga agar alam semesta tidak mengalami kerusakan. Allah SWT berfirman (QS.. Ar-Ruum: 41),,“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut yang disebabkan oleh perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki supaya mereka merasakan sebagian dari perilaku mereka itu supaya mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Ayat ini menunjukkan bahwa kerusakan alam lingkungan pada akhirnya akan memberikan dampak negatif kepada diri manusia. Misalnya, perilaku manusia yang merusak hutan, membuang sampah sembarangan berakibat pada bencana banjir yang merenggut nyawa dan melenyapkan harta benda manusia. Ketika bencana alam datang, manusia seharusnya menyadari kesalahannya dalam mengeksploitasi alam secara semena-mena.
Agama Islam memandang pemanfaatan alam semesta tanpa metode dan membabi-buta merupakan sebuah bentuk kedzaliman dan akan merugikan manusia sendiri. Berlebih-lebihan dalam memanfaatkan alam dipandang sebagai perilaku mubadzir dan dicela oleh Islam. Dalam QS. Al-A’raf: 31, Allah SWT berfirman,“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap masjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”
Bagi para pemimpin agama, kesadaran terhadap lingkungan bukan merupakan suatu yang baru. Inisiatif pertama kali menggalang kesadaran pemimpin agama tersebut diadakan di Assisi, Italia. Pertemuan yang diadakan oleh World Wildlife Fund (WWF) tahun 1986 ini bergiat mengumpulkan seluruh pemuka agama guna menghadapi krisis lingkungan dan konservasi alam yang terjadi di bumi, dan menghasilkan: “Deklarasi Assisi” dimana masing masing agama memberikan pernyataan tentang peran mereka dalam melestarikan alam, yaitu:
Kerusakan lingkungan hidup merupakan akibat dari ketidak taatan, keserakahan dan ketidak perduliaan (manusia) terhadap karunia besar kehidupan (Budha), Kita harus, mendeklarasikan sikap kita untuk menghentikan kerusakan, menghidupkan kembali menghormati tradisi lama kita (Hindu), Kami melawan segala terhadap segala bentuk eksploitasi yang menyebabkan kerusakan alam yang kemudian mengancam kerusakannya (Kristen), dan Manusia adalah pengemban amanah,”berkewajiban untuk memelihara keutuhan CiptaanNya, integritas bumi, serta flora dan faunanya, baik hidupan liar maupun keadaan alam asli.
II.6 Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup
Melestarikan lingkungan hidup merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditunda lagi dan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau pemimpin negara saja, melainkan tanggung jawab setiap insan di bumi, dari balita sampai manula. Setiap orang harus melakukan usaha untuk menyelamatkan lingkungan hidup di sekitar kita sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Sekecil apa pun usaha yang kita lakukan sangat besar manfaatnya bagi terwujudnya bumi yang layak huni bagi generasi anak cucu kita kelak.
Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang sering disebut sebagai pembangunan berwawasan lingkungan.
Pembangunan berwawasan lingkungan adalah usaha meningkatkan kualitas manusia secara bertahap dengan memerhatikan faktor lingkungan. Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal dengan nama Pembangunan Berkelanjutan. Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan kesepakatan hasil KTT Bumi di Rio de Jeniro tahun 1992. Di dalamnya terkandung 2 gagasan penting, yaitu:
a. Gagasan kebutuhan, khususnya kebutuhan pokok manusia untuk menopang hidup.
b. Gagasan keterbatasan, yaitu keterbatasan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan baik masa sekarangmaupun masa yang akan datang.
Adapun ciri-ciri Pembangunan Berwawasan Lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Menjamin pemerataan dan keadilan.
b. Menghargai keanekaragaman hayati.
c. Menggunakan pendekatan integratif.
d. Menggunakan pandangan jangka panjang.
Pada masa reformasi sekarang ini, pembangunan nasional dilaksanakan tidak lagi berdasarkan GBHN dan Propenas, tetapi berdasarkan UU No. 25 Tahun 2000, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mempunyai tujuan di antaranya:
a. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.
b. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat.
c. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pemerintah sebagai penanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyatnya memiliki tanggung jawab besar dalam upaya memikirkan dan mewujudkan terbentuknya pelestarian lingkungan hidup. Hal-hal yang dilakukan pemerintah antara lain:
a. Mengeluarkan UU Pokok Agraria No. 5 Tahun 1960 yang mengatur tentang Tata Guna Tanah.
b. Menerbitkan UU No. 4 Tahun 1982, tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
c. Memberlakukan Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1986, tentang AMDAL (Analisa Mengenai Dampak Lingkungan).
d. Pada tahun 1991, pemerintah membentuk Badan Pengendalian Lingkungan, dengan tujuan pokoknya:
1) Menanggulangi kasus pencemaran.
2) Mengawasi bahan berbahaya dan beracun (B3).
3) Melakukan penilaian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).
e. Pemerintah mencanangkan gerakan menanam sejuta pohon.
Dalam upaya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan pemerintah telah mengeluarkan berbagai peraturan, seperti telah diberlakukan UU RI No 23 thn 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, PP No 27 tahun 1997 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Keputusan Menteri Negara LH No 30 tahun 1999 tentang Panduan Penyusunan Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup. Secara praktis langkah-langkah untuk mengatasi dampak pembangunan terhadap kondisi iklim dan atmosfir dapat diusulkan sebagai berikut;
1. Secara berahap mengganti CFC dengan bahan lain seperti Helium untuk keperluan AC, lemari es dan penyemprot aerosol.
2. Menyaring asap dari industri dengan alat tertentu untuk mengelakkan Efek Rumah Kaca yan menyebabkan kenaikan suhu dan hujan asam.
3. Penggunaan bahan bakar untuk kendaraan yang tidak mengandung timah hitam (Pb).
4. Gunakan kendaraan elektronik
5. Cegah pembalakan hutan, lakukan reboisasi
6. Gunakan unsur iklim terutama arah dan kecepatan angin dalam merancang lokasi pabrik, agar emisi gas buangan tidak mencemari perkotaan dan pemukiman.
Sebagai warga negara yang baik, masyarakat harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Beberapa upaya yang dapat dilakuklan masyarakat berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup antara lain:
a. Pelestarian tanah (tanah datar, lahan miring/perbukitan)
Terjadinya bencana tanah longsor dan banjir menunjukkan peristiwa yang berkaitan dengan masalah tanah. Banjir telah menyebabkan pengikisan lapisan tanah oleh aliran air yang disebut erosi yang berdampak pada hilangnya kesuburan tanah serta terkikisnya lapisan tanah dari permukaan bumi. Tanah longsor disebabkan karena tak ada lagi unsur yang menahan lapisan tanah pada tempatnya sehingga menimbulkan kerusakan. Jika hal tersebut dibiarkan terus berlangsung, maka bukan mustahil jika lingkungan berubah menjadi padang tandus. Upaya pelestarian tanah dapat dilakukan dengan cara menggalakkan kegiatan menanam pohon atau penghijauan kembali (reboisasi) terhadap tanah yang semula gundul. Untuk daerah perbukitan atau pegunungan yang posisi tanahnya miring perlu dibangun terasering atau sengkedan, sehingga mampu menghambat laju aliran air hujan.
b. Pelestarian udara
Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara. Kalian mengetahui bahwa dalam udara terkandung beranekaragam gas, salah satunya oksigen.
Udara yang kotor karena debu atau pun asap sisa pembakaran menyebabkan kadar oksigen berkurang. Keadaan ini sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup setiap organisme. Maka perlu diupayakan kiat-kiat untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga agar udara tetap bersih dan sehat antara lain:
1) Menggalakkan penanaman pohon atau pun tanaman hias di sekitar kita
Tanaman dapat menyerap gas-gas yang membahayakan bagi manusia. Tanaman mampu memproduksi oksigen melalui proses fotosintesis. Rusaknya hutan menyebabkan jutaan tanaman lenyap sehingga produksi oksigen bagi atmosfer jauh berkurang, di samping itu tumbuhan juga mengeluarkan uap air, sehingga kelembapan udara akan tetap terjaga.
2) Mengupayakan pengurangan emisi atau pembuangan gas sisa pembakaran, baik pembakaran hutan maupun pembakaran mesin Asap yang keluar dari knalpot kendaraan dan cerobong asap merupakan penyumbang terbesar kotornya udara di perkotaan dan kawasan industri. Salah satu upaya pengurangan emisi gas berbahaya ke udara adalah dengan menggunakan bahan industri yang aman bagi lingkungan, serta pemasangan filter pada cerobong asap pabrik.
3) Mengurangi atau bahkan menghindari pemakaian gas kimia yang dapat merusak lapisan ozon di atmosfer Gas freon yang digunakan untuk pendingin pada AC maupun kulkas serta dipergunakan di berbagai produk kosmetika, adalah gas yang dapat bersenyawa dengan gas ozon, sehingga mengakibatkan lapisan ozon menyusut. Lapisan ozon adalah lapisan di atmosfer yang berperan sebagai filter bagi bumi, karena mampu memantulkan kembali sinar ultraviolet ke luar angkasa yang dipancarkan oleh matahari. Sinar ultraviolet yang berlebihan akan merusakkan jaringan kulit dan menyebabkan meningkatnya suhu udara. Pemanasan global terjadi di antaranya karena makin menipisnya lapisan ozon di atmosfer.
Eksploitasi hutan yang terus menerus berlangsung sejak dahulu hingga kini tanpa diimbangi dengan penanaman kembali, menyebabkan kawasan hutan menjadi rusak. Pembalakan liar yang dilakukan manusia merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Padahal hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air. Upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan hutan antara lain:
1) Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang gundul.
2) Melarang pembabatan hutan secara sewenang-wenang.
3) Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang pohon.
4) Menerapkan sistem tebang–tanam dalam kegiatan penebangan hutan.
5) Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.
Seperti halnya hutan, laut juga sebagai sumber daya alam potensial. Kerusakan biota laut dan pantai banyak disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai. Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.
Adapun upaya untuk melestarikan laut dan pantai dapat dilakukan dengan cara:
1) Melakukan reklamasi pantai dengan menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.
2) Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.
3) Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.
4) Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.
Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan. Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:
1) Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.
2) Melarang kegiatan perburuan liar.
3) Menggalakkan kegiatan penghijauan.